Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bergantung pada Periode PPKM Level 4

Kompas.com - 28/07/2021, 08:47 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli menilai, kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan pemerintah memberlakukan PPKM darurat atau PPKM level 4, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Padahal, pada kuartal dua lalu, arah perekonomian domestik semakin membaik. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti manufaktur, ekspor, mobilitas, yang bahkan sudah melampaui level sebelum terjadinya pandemi di tahun lalu

“Seberapa besar dampaknya terhadap perekonomian akan bergantung pada periode berlangsungnya PPKM Darurat,” ujar Caroline dalam siaran pers, Selasa (27/7/2021).

Baca juga: Menko Airlangga: Koperasi Harus Tetap Bergerak di Masa Pandemi

Caroline mengatakan memasuki kuartal ketiga 2021, momentum pemulihan ekonomi terhambat oleh peningkatan tajam kasus Covid-19 yang membuat diberlakukannya PPKM level 4 di Jawa dan Bali. Sebab, dua pulau tersebut berkontribusi sebesar 60 persen dari total perekonomian Indonesia.

Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya sempat berkomentar, jika penyebaran virus dapat terkendali di bulan Juli dan aktivitas ekonomi dapat kembali normal di bulan Agustus, maka pertumbuhan PDB di kuartal ketiga berpotensi mencapai 5 persen.

Sebagai upaya memulihakan ekonomi, pemerintah juga mengerahkan berbagai upaya untuk menggenjot vaksinasi guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Pemerintah menargetkan 100 persen vaksinasi pada populasi sasaran vaksin pada Maret 2022.

“Apabila semua yang direncanakan pemerintah dapat berjalan dengan baik maka pemulihan ekonomi Indonesia diharapkan dapat terus berlanjut ke depannya,” ujar dia.

Baca juga: Beli Tiket Lion Air Group Bisa Dapat Voucher Tes PCR Rp 450.000

 

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga masih dipengaruhi oleh kondisi global. Amerika Serikat (AS) yang Kembali membuka perekonomiannya mendorong terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Di bulan Mei inflasi AS mencapai level tertinggi sejak tahun 2008 sebesar 5 persen secara tahunan.

Meskipun secara angka terlihat fantastis, namun jika ditelaah lebih lanjut lonjakan tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan harga komponen inflasi yang bersifat sementara.

Caroline menilai, setelah low base effect dari kenaikan harga komponen yang bersifat sementara tadi terlewati, lonjakan inflasi diperkirakan dapat turun.

Sama halnya dengan negara maju, prospek ekonomi Asia juga turut bergantung pada perkembangan penanganan pademi, dimana setiap negara menghadapi tantangan yang berbeda. Namun, sektor manufaktur di kawasan Asia masih bertumbuh dengan baik didukung oleh kuatnya permintaan ekspor.

“Ke depannya, kecepatan peluncuran vaksinasi menjadi faktor penting yang menentukan seberapa cepat permintaan domestik dapat pulih,” ujar Caroline.

Baca juga: Akui Ada Masalah, Tanijoy Buka Suara soal Dugaan Penggelapan Dana Rp 4,5 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com