Hasil studi ini mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada preferensi karakter kepemimpinan yang berbeda antara generasi millennial dan yang lebih tua, yakni mereka menginginkan pemimpin yang mengedepankan inklusifitas, komunikasi dan feedback, peduli dengan orang lain, serta memiliki sense of justice.
Antara studi dari lembaga riset dan akademis ini memiliki kesamaan yang menarik. Ada trait yang sama-sama ingin dikedepankan oleh milenial, yakni feedback dan komunikasi terbuka.
Hal ini seakan membuktikan bahwa milenial menginginkan adanya hubungan antara pemimpin dan anggota. Tidak hanya sebatas hubungan profesional, melainkan mitra kerja. Mereka tidak ingin ada sekat hierarkis yang ketat, tetapi yang terpenting adalah hasil yang didapat.
Kalau melihat dua riset ini, kita bisa memahami bagaimana trait milenial sebagai pemimpin. Mereka punya potensi untuk menciptakan sebuah lingkungan yang inklusif, bersahabat, dan juga membuat para anggotanya bisa menularkan semangat kreativitas dan pemberdayaan di lingkungan organisasi.
Ini juga membuktikan bahwa milenial akan mampu berperan sebagai pemimpin dengan cara mereka sendiri.
Selain itu, ini mematahkan stigma negatif bahwa milenial tidak hanya terkenal dengan sikapnya yang kutu loncat dan mudah menyerah, tetapi juga mereka adalah sosok pemimpin yang visioner.
Khususnya, jika kita berbicara kepemimpinan ala crazy rich millennial, kita tidak bisa melewatkan fakta bahwa menjadi wirausaha adalah salah satu cara untuk menjadi miliader.Tidak sedikit milenial yang terjun ke jalur ini.
Sea Group berkolaborasi dengan WEF menggelar riset terkait orientasi pekerjaan terhadap 14.000 pemuda di Indonesia di tahun 2019. Hasilnya, 24% milenial Indonesia ingin membangun usaha sendiri.
Sebenarnya sudah banyak milenial yang telah membangun usahanya dari nol. Sebagai contoh, beberapa hari ke belakang, muncul nama Putra Siregar, seorang pemilik usaha handphone PS Store. Dia mendonasikan 1.100 hewan kurban saat Idul Adha yang membuatnya memecahkan rekor MURI. Namun, bukan kurbannya yang penulis soroti, melainkan kesungguhan karakter Putra.
Mengapa PS Store sukses salah satunya adalah karena branding terhadap bisnisnya sangat menarik. Dia membangun sebuah imajinasi bahwa toko yang dikelolanya ingin agar masyarakat bisa menikmati HP bagus dengan harga yang merakyat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.