Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Aulia

Awardee Program Doktoral LPDP, Analis Kementerian Keuangan

Menimbang Risiko dan Manfaat Utang Pemerintah di Era Pandemi

Kompas.com - 02/08/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Rasio utang Pemerintah Indonsia di akhir tahun 2020 tercatat 39,4 persen PDB, naik 9,4 percentage point (pp) dari tahun 2019. Angka ini lebih rendah dibandingkan negara peers seperti Filipina (47,07 persen, naik 10,10 pp), Malaysia (67,50 persen, naik 10,34 pp), Tiongkok (66,83 persen, naik 9,77 pp), dan Brazil (98,94 persen, naik 11,28 pp).

Bahkan jauh lebih rendah dari negara-negara maju yang menggelontorkan stimulus besar seperti Inggris (103,66 persen, naik 18,42 pp) dan Italia (155,56 persen, naik 21 pp).

Dari data tersebut, terlihat bahwa posisi utang Pemerintah relatif aman dan masih jauh dari ancaman kebangkrutan.

Pengelolaan fiskal Pemerintah dan pembiayaan utang di periode pandemi sendiri cukup diapresiasi lembaga pemeringkat kredit dengan dipertahankannya rating kredit sovereign Indonesia di level investment grade.

Ini menggambarkan persepsi positif pasar keuangan pada pengelolaan fiskal Pemerintah di tengah 124 pemangkasan rating tahun lalu dan maraknya permintaan restrukturisasi utang melalui skema Paris Club.

Capaian tersebut tidak terlepas pula dari manajemen portofolio utang Pemerintah dalam menjaga risiko utang selama ini, antara lain melalui debt switch atau menukar utang dengan suku bunga lebih rendah dan konversi pinjaman yang memperoleh suku bunga mendekati 0 persen.

Selain itu, Pemerintah bersinergi dengan otoritas moneter di masa pandemi, seperti melalui skema burden sharing dan Bank Indonesia sebagai standby buyer, yang mampu menekan biaya utang di tengah meningkatnya kebutuhan pembiayaan.

Baca juga: Sri Mulyani Jawab Kritik Lonjakan Utang Pemerintah Era Presiden Jokowi

Selama satu dekade ini utang Pemerintah dalam valuta asing juga dalam tren menurun dari 45,1 persen menjadi 32,0 persen yang menunjukkan makin berkurangnya risiko kurs utang.

Demikian juga porsi pinjaman luar negeri menurun dibandingkan obligasi negara selama sepuluh tahun terakhir dari 34 persen menjadi 13 persen.

Penurunan ini diikuti kepemilikan asing atas obligasi negara yang cukup rendah, menurun dari 38,6 persen di akhir 2019 menjadi 22,8 persen di akhir Mei 2021. Kondisi ini menunjukkan semakin meningkatnya kemandirian pembiayaan APBN.

Tetap Berhati-hati

Kekhawatiran beberapa pihak atas risiko utang tentu harus menjadi catatan Pemerintah agar tetap berhati-hati dan terukur dalam mengelola pembiayaan.

Pemerintah diharapkan terus mengupayakan agar belanja yang dibiayai oleh utang memiliki efek pengganda untuk mendorong pertumbuhan penerimaan melebihi kenaikan biaya utang.

Selain itu, manajemen portofolio utang yang kredibel perlu tetap dijaga agar risiko refinancing dan suku bunga makin terkendali. Upaya menekan biaya utang juga membutuhkan sinergi berkelanjutan antara otoritas fiskal dan moneter.

Tak kalah pentingnya, Pemerintah diharapkan melanjutkan program pendalaman pasar keuangan dan pengembangan basis investor domestik untuk mendapatkan sumber pembiayaan dengan biaya efisien.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com