Adalah Robby Djohan, yang kiprahnya sebagai pemimpin bisnis layak dicatat dengan tinta emas. Dari ketekunannya menjadi pelatih, lahirlah para maestro keuangan di Indonesia, seperti misal Agus Martowardoyo, Peter Stok dan Arwin Rasyid.
Bahkan raja properti asal Indonesia yang bisnis propertinya menjulang tinggi di Australia, Iwan Sunito mengakui, Robby Djohan adalah pelatihnya.
“Ketika saya sedang di persimpangan jalan menjalankan bisnis, saya selalu berkunjung ke Pak Robby. Saya gali ilmu macam-macam dari beliau, terutama ilmu mengelola manusia. Beliau juga menyuruh saya belajar Blue Ocean Strategy agar bisnis saya berbeda dengan pesaing,” ujar Iwan Sunito seperti dikutip dari buku otobiografinya, Without Borders.
Keberhasilan Robby Djohan dan para pemimpin lainnya sebagai pelatih (coach) dalam mengembangkan anak-buah (coachee) karena menjalankan lima prinsip yang disebut “TRUST.”
Prinsip pertama T adalah singkatan “tempatkan”. Artinya ketika pemimpin berperan sebagai pelatih, tempatkan posisi pemimpin pada posisi anak buah. Itulah yang disebut dengan empati.
Pengertian coaching sendiri adalah membantu dan menyemangati anak buah menjadi lebih terampil, tekun, efektif dan efisien bekerja.
Pelatih membantu anak buah mewujudkan potensi yang tak terlihat padanya (bakat, karakter) menjadi terlihat dalam wujud perilaku, keahlian dan kinerja.
Untuk mengubah potensi menjadi nyata maka empati pelatih menjadi dasar dalam membangun sinergi dengan anak buah. Pelatih merasakan dan menempatkan diri seperti apa yang dirasakan dan dialami anak buah.
Respek merupakan prinsip kedua dan kepanjangan dari R. Bahwa anak buah memiliki harga diri sekaligus cita-cita. Oleh karena itu perlakukan anak buah sebagai pribadi yang dewasa dan berkarakter.
Pada usia 19 tahun, awal berpasangan dengan Greysia, Apriyani juara Thailand Open. Eng Hian bercerita, dirinya memiliki tanggungjawab menjaga Apriyani sebagai bintang muda yang melejit.
“Banyak teman yang mengajak bertemu, bahkan pada waktu latihan. Saya pun harus berusaha menjaga Apriyani. Jika tidak, banyak gangguan yang membuat dia tidak disiplin,” tutur Eng Hian. (Kompas, 3/8/2021).
Respek, kemudian yang menjadi kunci Eng Hian untuk mendampingi Apriyani. Menjadi sebuah kewajaran apabila selama bertanding di Olimpiade Tokyo 2020, Apriyani hanya menjawab pendek “Siap!” atau “Ya!” ketika mendapat perintah dari Eng Hian dari pinggir lapangan.
Respek yang dilakukan Eng Hian menular pada diri Apriyani yang menaruh respek tinggi pada pelatihnya.