Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Industri Sawit Salah Satu Penopang Ekonomi RI di Tengah Pandemi

Kompas.com - 04/08/2021, 15:40 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fadhil Hasan mengatakan, ketika ekonomi Indonesia tertekan akibat pandemi, industri sawit menjadi salah satu penopang ekonomi melalui kontribusi ekspor.

“Di sektor hilir, sawit juga menggerakkan industri makanan, oleochemical, hingga biofuel untuk sektor transportasi. Jadi sawit ini memang menjadi salah satu industri penggerak ekonomi kita,” katanya dalam diskusi webinar Industri Hilir Sawit Nasional dan Tantangan Keberlanjutan yang disiarkan secara virtual, Rabu (4/8/2021).

Walau demikian, diakui dia, kontribusi maupun potensi besar pengembangan industri sawit di Indonesia, juga diikuti dengan tantangan besar.

Baca juga: Bahaya, Marak Minyak Jelantah Dipakai untuk Gorengan

Fadhil menyebut, isu keberlanjutan atau sustainability menjadi tantangan utama industri sawit saat ini.

“Dalam dekade terakhir, industri sawit di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan. Dengan komitmen keberlanjutan, industri sawit akan terus berkembang,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, dia menilai sudah seharusnya seluruh pemangku kepentingan bekerja sama untuk menyikapinya.

Sementara itu, RGE Indonesia Palm Business and Sustainability Director Bernard A. Riedo mengatakan, komitmen keberlanjutan dalam operasional industri sawit, merupakan sebuah keharusan.

Sebab lanjut dia, aspek keberlanjutan menjadi inti transformasi positif dalam rantai pasok industri sawit RGE Indonesia.

Untuk itu, pihaknya saat ini tengah menjalankan komitmen perusahaannya untuk memegang prinsip 5C .

“Kami memegang prinsip 5C, yakni Climate, Country, Community, Customer, dan Company,” sebutnya.

Baca juga: Lampaui Indonesia, Malaysia menjadi Pemasok Minyak Sawit Utama India

Sustainability Director of Apical Group Bremen Young mengatakan, daya saing sawit yang jauh lebih tinggi dibanding minyak nabati lain, membuat tuntutan terhadap aspek keberlanjutan juga begitu tinggi, baik dari pasar global, pemerintahan, maupun pemerhati lingkungan.

Karena itu sebut lanjut Young, Apical Group menerapkan metodologi pendekatan keberlanjutan untuk memastikan transparansi dan keterlacakan (traceability) sumber pasokan minyak sawit.

“Kami ingin memastikan pasokan berasal dari perkebunan yang menjalankan prinsip keberlanjutan, diantaranya melalui perlindungan area konservasi, perlindungan lahan gambut, serta memberikan dampak positif pada masyarakat di sekitar wilayah operasi,” katanya.

Dia menyebut, pelaksanaan komitmen tersebut membuat produk Apical bisa diterima di pasar internasional dan memasok ke Eropa, Amerika, Asia, Australia, hingga Afrika. Inovasi untuk memastikan keberlanjutan juga terus dijalankan perusahaan.

“Di antaranya melalui pemanfaatan teknologi satelit untuk monitoring dan platform untuk verifikasi sumber pasokan,” ujar Young.

Baca juga: Selama 2021, Industri Sawit Diperkirakan Terus Bertumbuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com