Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HIPPI: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Beri Efek Psikologis bagi Pelaku Usaha

Kompas.com - 07/08/2021, 09:48 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia usaha merespons positif terhadap data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2021.

Pertumbuhan ekonomi melejit tajam sebesar 7,07 persen dibandingkan kuartal I 2021 yang masih terkontraksi minus 0,74 persen.

Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai, kenaikan pertumbuhan ekonomi kali ini di luar prediksi.

Baca juga: LPS Melihat Ada Sinyal Kuat Pemulihan Ekonomi Indonesia

Apalagi menembus angka 7 persen sebagaimana yang ditargetkan pemerintah.

Meski pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 naik signifikan dan membawa Indonesia keluar dari zona resesi, menurut dia, kualitas pertumbuhannya tidak sama seperti dalam situasi normal.

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas indikatornya juga jelas, yaitu setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen akan mampu menyediakan lapangan pekerjaan di kisaran 250.000-500.000.

"Namun pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 ini minimal memberikan efek psikologis kepada pelaku usaha bahwa kita sudah mampu keluar dari resesi ekonomi dan memiliki rasa optimisme bahwa ekonomi akan cepat pulih dan akan bangkit kembali menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas," kata Sarman melalui keterangan tertulis, Sabtu (7/8/2021).

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi ini harusnya mampu mengurangi angka kemiskinan.

Baca juga: BI Sebut Kenaikan Transaksi Digital Kerek Pertumbuhan Ekonomi RI

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran hampir menembus angka 9,77 juta atau sekitar 7,07 persen.

Angka kemiskinan juga demikian. Dengan bertambahnya angka pengangguran, memicu naiknya jumlah penduduk miskin yang mencapai 10,19 persen.

Namun, dengan naiknya pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 tidak berpengaruh terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan menurunnya angka kemiskinan.

"Pelaku usaha tentu berharap agar ke depan kita ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu mempengaruhi terhadap indikator tersebut di atas termasuk indeks kepuasaan masyarakat," harap Sarman.

Sarman menilai, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 dipicu geliat ekonomi menjelang Lebaran yang sudah sempat bergairah serta komitmen pengusaha yang membayar THR secara penuh memberikan andil besar atas pencapaian ini.

Baca juga: Indef Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Turun, Namun Tetap Positif

Konsumsi rumah tangga sempat tumbuh positif dan kembali terkontraksi ketika paska Lebaran.

Lantaran kasus Covid-19 yang naik tajam sehingga memaksa pemerintah memberlakukan PPKM Darurat yang membuat berbagai aktivitas ekonomi stagnan.

Pada Kamis (5/8/2021), BPS melaporkan ekonomi Indonesia di kuartal II 2021 tumbuh 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, capaian ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 17 tahun yang lalu.

Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 ini membuat ekonomi RI kembali ke zona positif. Tercatat sejak tahun 2020, RI memasuki resesi karena pertumbuhan ekonomi minus 4 kuartal berturut-turut.

Baca juga: Ekonomi RI Kuartal II-2021 Melejit, Bagaimana di Kuartal III?

Di kuartal I 2021, ekonomi minus 0,74 persen, lebih baik dibanding kuartal II-2020 yang mencatat kontraksi terdalam sebesar minus 5,32 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com