Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Bandara Internasional Pertama Indonesia di Kemayoran

Kompas.com - 08/08/2021, 12:19 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis

Dengan berdirinya Garuda Indonesian Airways, pesawat-pesawat modern saat itu hadir di Bandara Kemayoran. Era penerbangan sipil modern tahun 1950-an ditandai dengan beroperasinya pesawat bermesin jet.

Pada masa itu, pesawat-pesawat turboprop berdatangan ke bandara internasional pertama di Indonesia tersebut, antara lain Saab 91 Safir, Grumman Albatros, Ilyushin Il-14, Cessna, juga pesawat-pesawat buatan Nurtanio, seperti NU-200 Sikumbang, Belalang, dan Kunang.

“Berbagai Kepala Negara dunia juga pernah menginjakkan kakinya di Bandara Kemayoran dengan diselenggarakannya even tingkat internasional seperti Konfrensi Asia Afrika pada era Soekarno,” sebut PPK Kemayoran.

Tak hanya penerbangan sipil, penerbangan militer di bawah AURI (kini TNI AU) juga turut memanfaatkan keberadaan Bandara Kemayoran.

Baca juga: Daftar Pembangunan 8 Bandara yang Masuk Proyek Strategis Nasional

“Akhir tahun 50-an sampai awal 60-an berdatangan pesawat MiG-17, MiG-15 UTI, dan MiG-19. Pesawat pembom Ilyushin Il-28 juga turut meramaikan bandara. Memasuki tahun 70-an, era pesawat jet badan lebar berteknologi canggih muncul, yakni B-747, L-1011, DC-10, dan Airbus,” sebut PPK Kemayoran.

Pada 29 Oktober 1973, pesawat DC-10 milik KLM yang disewa Garuda untuk angkutan jemaah haji, tercatat sebagai pesawat terbesar dan terberat yang pernah singgah di Bandara Kemayoran.

Peran Bandara Kemayoran sebagai bandara internasional mulai dihilangkan pada tahun 1970-an. Alasannya, bandara tersebut sudah terlalu sibuk melayani keberangkatan dan kedatangan pesawat.

“Kesibukan bandara tahun 1970-an memaksa pemerintah membuka Halim Perdanakusuma sebagai bandara internasional pada 10 Januari 1974, sedang penerbangan domestik seluruhnya masih bertempat di Kemayoran,” jelasnya.

Bandara Kemayoran saat ini

Bandara Kemayoran resmi ditutup pada 31 Maret 1985. Itulah saat terakhir Bandara Kemayoran beroperasi. Meski begitu, di saat-saat terakhir tersebut masih terdapat beberapa pesawat yang dulu hadir saat peresmian bandara.

“Sebelumnya, tahun 1984, Kemayoran menyisakan satu kenangan. Pesawat DC-2 Uiver dalam lawatannya mengenang 50 tahun terbang legendaris rally udara London-Melbourne tahun 1934, singgah untuk mengisi bahan bakar di Kemayoran,” kata PPK Kemayoran.

Adapun Pesawat DC-3 Dakota, menjadi pesawat terakhir yang meninggalkan Bandara Kemayoran sebelum ditutup.

“Bulan-bulan pertama sejak bandara ditutup dan pindah ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, suasana bandara masih tampak hidup walau tanpa aktivitas penerbangan. Bandara Kemayoran masih dipakai sebagai arena IAS tahun 1986,” jelasnya.

Sejak berakhirnya operasional Bandara Kemayoran, maka seluruh aset yang berada didalamnya yang semula dikelola oleh Perum Angkasa Pura diserahkan kembali kepada Negara dan dinyatakan sebagai aset Negara dibawah Pengelolaan dan Pengawasan Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Alhasil, Bandara Kemayoran sekarang resmi hanya menjadi Komplek Kemayoran. Luas berdasarkan serah terima dengan Perum Angkasa Pura adalah 418,9115 Ha. Kemudian dalam perkembangannya telah ditetapkan menyesuaikan batas wilayah dengan batas alam sehingga luas pengelolaan Komplek Kemayoran menjadi ± 454 Ha.

Baca juga: Profil Samsi Sastrawidagda: Menkeu Pertama RI yang Menjabat 2 Minggu

Apa alasan Bandara Kemayoran ditutup? Saat itu pemerintah memiliki pertimbangan tersendiri yang melatarbelakangi kenapa Bandara Kemayoran ditutup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com