Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Pinjaman Melonjak, Industri Keuangan Tawarkan Bunga Rendah

Kompas.com - 12/08/2021, 05:45 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski pandemi covid-19 yang belum berakhir, kebutuhan pinjaman tunai masyarakat terus meningkat. Melihat fenomena tersebut, beberapa industri keuangan berlomba untuk menawarkan bunga pinjaman yang minim.

Misalnya, platform pembiayaan digital, Kredivo yang saat ini menawarkan bunga pinjaman sebesar 2,6 persen untuk cicilan 6 dan 12 bulan. Hanya saja, peminjam bisa mendapatkan bunga pinjaman 0 persen jika memiliki tenor cicilan hanya 30 hari atau 3 bulan.

“Kami baru saja meniadakan bunga untuk cicilan 3 bulan pada bulan lalu,” ujar VP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari kepada KONTAN, Selasa (10/8/2021).

Baca juga: Beda Bank di Jepang dan RI: Bunga Pinjaman Sangat Rendah

Indina mengakui bahwa langkah tersebut dilakukan untuk memberikan suku bunga yang kompetitif dengan penyedia pinjaman lainnya. Asal tahu saja, selama masa pandemi ini memang memberi dampak pada meningkatnya pinjaman di Kredivo.

“Jumlah penyaluran kredit pada semester 1 tahun 2021 meningkat lebih dari 100 persen atau 2 kali lipat dibanding semester 2 tahun 2020,” imbuh Indina.

Meski penyaluran pinjaman meningkat, Indina bilang bahwa pihaknya tetap memperhatikan mitigasi risiko gagal bayar dari nasabah. Saat ini, credit scoring Kredivo telah menilai kelayakan kredit lebih dari 500 ribu pengguna tiap bulannya serta mampu menyalurkan kredit bagi hampir 4 juta pengguna.

Selain Kredivo, ada juga fintech lending seperti Indodana yang menawarkan bebas bunga pinjaman untuk tenor satu bulan. Hanya saja, untuk tenor pinjaman 3 bulan hingga satu tahun, platform tersebut memberikan bunga PayLater sebesar 3% ditambah biaya 1% biaya provisi dari total pinjaman.

Walaupun bunganya tergolong tinggi, Direktur Utama Indodana Ronny Wijaya bilang kalau volume pinjamannya terus meningkat secara bertahap hingga Juni 2021 dengan menyentuh Rp 164, 5 miliar. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan peningkatan aktivitas ekonomi serta kemampuan membayar konsumen yang mulai pulih.

Baca juga: Tawaran Pinjaman Online Masuk lewat SMS dan WA, Ini Kata OJK

Sedikit berbeda, BCA justru tidak seagresif dua platform sebelumnya dalam memberikan personal loan meskipun bank tersebut memiliki bunga yang lebih rendah mulai dari 1,03 persen untuk ritel.

BCA menyebutkan bahwa saat ini terus selektif dalam memberikan fasilitas personal loan.

“Kami memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat dalam mengelola keuangan nasabah secara pribadi sehingga produk keuangan yang digunakan dapat memberikan manfaat positif,” ujar Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn kepada KONTAN, Selasa (10/8/2021).

Hera mengakui bahwa untuk rasio kualitas kredit macet di BCA saat ini sedikit ada penyesuaian. Meski tidak menyebutkan rasio pastinya, ia bilang kalau masih berada dalam batas wajar.

Perencana keuangan, Risza Bambang pernah bilang bahwa pinjaman tunai di masing-masing platform seperti bank, multifinance, dan fintech memiliki kelebihan dan kekurangannya terutama terkait bunga pinjaman. Hal tersebut tergantung nasabah hendak memilih pinjaman dimana.

“Kalau di bank, bunga lebih kecil tapi proses seleksi penerimaannya lebih ketat. Sedangkan kalau fintech, prosesnya lebih mudah dengan bunga mirip seperti multifinance tapi nilai kredit lebih kecil,” ujar Bambang.

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Kebutuhan pinjaman meningkat, industri keuangan berlomba tawarkan bunga pinjaman mini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com