Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Plaza Indonesia Berpotensi Dihapus dari Papan Utama BEI, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 12/08/2021, 11:39 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) berpotensi dihapus atau delisiting dari Papan Utama Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal itu disampaikan BEI dalam pengumuman Potensi Delisting Perusahaan Tercatat
PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) Tercatat di Papan Utama No.: Peng-00017/BEI.PP2/08-2021.

Ada beberapa hal yang menyebabkan potensi delisting ini menurut BEI. Pertama, mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat.

Baca juga: Pilah-pilih Saham IPO, Pertimbangkan Dulu Hal Ini

Baik secara finansial maupun secara hukum. Saham Plaza Indonesia ini juga bakal dihapus apabila perusahaan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

"Sehubungan dengan hal tersebut maka saham PT Plaza Indonesia Reality Tbk (Perseroan) telah disuspensi selama 6 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 12 Januari 2023," sebut Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 2 dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, dikutip dari keterbukaan informasi, Kamis (12/8/2021).

Saham PLIN sendiri telah menjalani masa suspensi selama 6 bulan dan hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi. Status suspensi pun berlanjut hingga 12 Januari 2023.

Mengutip dari Kontan, pada tayangan 13 Januari 2021, saham PLIN mulai dihentikan perdagangannya pada sesi kedua, Selasa (12/1/2021).

Alasan suspensi saham ini adalah karena PLIN belum memenuhi ketentuan V.1 Peraturan Bursa No. I-A. Ketentuan V.1 Peraturan Bursa No. I-A merupakan ketentuan free float minimal. Perusahaan tercatat harus memenuhi ketentuan saham publik dengan kepemilikan kurang dari 5 persen, yakni minimal 50 juta saham dan 7,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Selain itu, ketentuan V.2 Peraturan Bursa No. I-A juga mewajibkan emiten memenuhi sebanyak 300 pemegang saham publik. Dikutip dari keterbukaan informasi lagi, PLIN berusaha memenuhi ketentuan V.1 Peraturan I-A dengan cara melaksanakan penambahan modal dengan menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 Maret 2020.

Baca juga: Mertua Syahrini Jual Seluruh Saham Miliknya di Plaza Indonesia

Namun, karena adanya situasi pandemi Covid-19 disertai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) maka wacana HMETD ini tidak dapat dilakukan. Perseroan khawatir dengan kondisi market yang tidak pasti, akan mempengaruhi minat pemegang saham publik untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana HMETD.

Terkait prospek pencapaian kinerja tahun ini, Perseroan masih mengeluhkan dampak pandemi secara global. Kebijakan dan regulasi yang diterapkan pemerintah menurut manajemen Plaza Indonesia, juga mempengaruhi dunia usaha. Namun demikian, Perseroan telah melakukan strategi meningkatkan kinerja.

Di antaranya bisnis usaha hotel Plaza Indonesia dialihkan pada tamu domestik dengan menawarkan staycation dan memperkuat sumber pendapatan dari food & beverage serta small wedding. Upaya lainnya adalah dengan melanjutkan efisiensi biaya.

Baca juga: IHSG Melemah, Investor Asing pun Lepas Saham Bukalapak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com