BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan blibli.com

Kisah Bintari Saptanti, #PejuangLokal yang Bawa Bakmi Yogya Kemasan Pertama di Indonesia hingga ke Kanada

Kompas.com - 17/08/2021, 08:02 WIB
Aningtias Jatmika,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – “Pulang ke kotamu. Ada setangkup haru dalam rindu.” Begitulah penggalan lirik lagu “Yogyakarta” yang dipopulerkan Kla Project.

Bagi sebagian orang, Yogyakarta merupakan kota yang mudah dirindukan, termasuk kuliner lokalnya. Salah satu sajian khas yang kerap dikangeni pecinta kuliner adalah bakmi Yogya atau dikenal juga dengan sebutan bakmi jowo.

Paduan mi bertekstur kenyal serta racikan bumbu dan kuah kaldu ayam yang gurih menjadikan bakmi Yogya digemari banyak orang.

Kenikmatan sajian kuliner ditambah kerinduan terhadap Kota Yogyakarta menjadi inspirasi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Bintari Saptanti untuk memproduksi Bakmi Sundoro. Bakmi ini merupakan bakmi Yogya pertama dan satu-satunya yang dijual dalam bentuk kemasan.

“Kami bawakan bakmi Yogya langsung ke rumah pelanggan untuk mengobati kerinduan terhadap Kota Yogya,” ujar perempuan yang akrab disapa Tanti itu kepada Kompas.com, Kamis (12/8/2021).

Sebagai informasi, “Sundoro” diambil dari nama kecil Sri Sultan Hamengkubuwono II, yaitu Raden Mas Sundoro. Tanti sendiri merupakan keturunan generasi keenam dari Raden Mas Sundoro.

Baca juga: Yuk, Cicipi 3 Bakmi Jawa Legendaris di Yogyakarta

Tanti menceritakan, semula Bakmi Sundoro berfokus pada bisnis food service dengan menghadirkan kedai serta booth bakmi Yogya di Kota Semarang dan sekitarnya pada 2019. Sementara itu, produksi bakmi kemasan dijadikan bisnis sampingan.

Namun, saat pandemi menghantam pada Maret 2020, seluruh kedai dan booth terpaksa tutup. Tanti pun mengalihkan fokus ke bisnis sampingannya, yakni food manufacture dengan membuat bakmi Yogya dalam kemasan.

Dijelaskan Tanti, bukan hal mudah untuk memproduksi bakmi Yogya dalam kemasan yang memiliki cita rasa seperti bakmi Yogya yang bisa disantap langsung di kedai.

“Kami harus berinovasi, terutama dalam pemasakan,” kata Tanti.

Pada awalnya, Tanti hanya memproduksi bakmi dalam bentuk frozen food atau makanan beku. Bentuk ini hanya bertahan tiga hari dalam suhu ruang karena tidak menggunakan pengawet. Namun, hal ini menjadi kendala saat bakmi harus dikirim ke luar Pulau Jawa yang memakan waktu lebih lama.

Kendala itu pun berhasil dia siasati. Dengan menggunakan mesin pengering makanan (dehydrator), Tanti berhasil membuat varian bakmi kering yang bertahan hingga satu tahun.

Manfaatkan teknologi digital

Tanti menjelaskan, pandemi tidak hanya mengubah output produksi, tetapi juga metode pemasaran Bakmi Sundoro.

“Sejak pandemi, saya jadi harus belajar memasarkan produk secara online. Padahal, saya termasuk emak-emak gagap teknologi (gaptek),” katanya sambil tertawa.

Dengan bantuan sang anak, Tanti belajar memanfaatkan media sosial dan e-commerce, untuk memasarkan produknya. Perlahan, penjualan Bakmi Sundoro meningkat.

Baca juga: Digitalisasi, Kunci Selamatkan UMKM Indonesia dari Krisis akibat Pandemi

Pejuang Lokal Bakmi SundoroBlibli Pejuang Lokal Bakmi Sundoro

Blibli merupakan platform yang digunakan Tanti untuk memasarkan produknya. Bagi Tanti, Blibli mudah digunakan bagi pelaku UMKM gaptek seperti dirinya. Bahkan, Blibli juga memberi pendampingan dan membantu Tanti untuk mengembangkan Bakmi Sundoro.

"Pihak Blibli memberi banyak masukan, mulai dari cara memfoto dan menulis keterangan produk pada katalog, mengemas produk, hingga mengembangkan bisnis dengan sistem gudang," jelas Tanti.

Tanti bisa menjangkau para pelanggan serta reseller lebih luas dan cepat dengan dukungan logistik pengiriman serta 20 gudang Blibli yang tersebar di 15 kota besar di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, dan Makassar. Pasalnya, produk Bakmi Sundoro bisa dikirimkan dari gudang terdekat.

Baca juga: Donasi Tabung Oksigen mulai Rp 5.000 di Blibli, Begini Caranya

Dengan dukungan Blibli, Tanti memiliki lebih dari 300 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun gudang dan reseller itu mendistribusikan dua jenis Bakmi Sundoro, yaitu bakmi frozen dan kering. Keduanya memiliki dua varian penyajian, yakni goreng dan rebus (godhog).

Selain itu, Bakmi Sundoro juga memproduksi Bumbu Masak Instan Serbaguna yang dapat digunakan untuk memasak bakmi jowo, nasi goreng, atau magelangan.

Bakmi Sundoro, bakmi Yogya dalam kemasanBakmi Sundoro Bakmi Sundoro, bakmi Yogya dalam kemasan

Kemudian, untuk memastikan kualitas produk sekaligus meningkatkan kepercayaan konsumen, seluruh produk Bakmi Sundoro telah bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), terdaftar Standar Nasional Indonesia (SNI), serta mengantongi izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Dengan metode pemasaran yang lebih terstruktur dan peningkatan kualitas produksi tersebut, Bakmi Sundoro tidak hanya berhasil menjangkau pasar nasional, tetapi juga internasional.

"Bakmi Sundoro sudah dikirim ke Malaysia, Singapura, Jepang, bahkan Kanada," kata Tanti.

Tanti menjelaskan, teknologi digital berperan besar dalam membantu meningkatkan penjualan Bakmi Sundoro. Dalam satu bulan, Tanti kini bisa menjual lebih dari 25.000 bungkus Bakmi Sundoro dan mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah.

Jadi #PejuangLokal perempuan

Untuk memenuhi permintaan pasar, Tanti memberdayakan 30 karyawan yang didominasi emak-emak. Mereka berasal dari lingkungan sekitar rumah Tanti.

"Kebanyakan dari mereka adalah korban pemutusan hubungan kerja (PHK) atau istri dari korban PHK akibat pandemi," tutur Tanti.

Dari situlah, Tanti meyakini bahwa usaha sekecil apa pun bisa memberikan dampak yang besar bagi sekitarnya, terutama dalam pemberdayaan perempuan dalam UMKM.

Baca juga: Inovasi Blibli di Masa Pandemi, Upaya Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

Oleh sebab itu, pada perayaan Hari Kemerdekaan ke-76 Indonesia, Tanti berharap, pelaku UMKM, khususnya kaum hawa, dapat menjadi #PejuangLokal dalam memajukan perekonomian Indonesia. Terlebih, saat ini, dukungan pemerintah dan pihak swasta, seperti Blibli, kepada pelaku UMKM makin besar.

"Jangan berhenti pada zona nyaman. Jangan malas untuk berinovasi. Manfaatkan semua fasilitas dan dukungan itu untuk mengembangkan bisnis," demikian Tanti berpesan.

Selain memajukan perekonomian warga sekitar, dengan semangat itu, Bakmi Sundoro juga berhasil menghadirkan semangkuk haru dalam rindu bagi para penikmat Kota Yogya di mana pun mereka berada #KarenaLokalNo1.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com