Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produsen Vape Maksimalkan Pemanfaatan Limbah Tembakau Lokal

Kompas.com - 18/08/2021, 13:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan vape Tabacaroma memanfaatkan limbah tembakau berupa sisa daun dan batang tembakau untuk mendukung bahan baku produksi.

Manajer Tabacaroma Frans Sigid mengatakan, pihaknya mulai menggunakan limbah tembakau dari bahan baku lokal pada 2019.

Penggunaan limbah tersebut dilakukan untuk memaksimalkan hasil pertanian tembakau di dalam negeri yang selama ini tidak termanfaatkan.

Baca juga: Pemerintah Diminta Pertimbangkan Kebijakan Cukai Rokok Demi Pekerja Tembakau

 

"Sehingga industri hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) tidak menganggu pasokan pabrik rokok," kata dia, dalam keterangannya, Rabu (18/8/2021).

Dia menjelaskan, Indonesia merupakan satu penghasil tembakau terbesar di dunia dengan produksi pada kisaran 150.000 ton per tahun. Pemanfaatan limbah ini juga menunjukkan peluang bahwa industri HPTL dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi petani.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), disebutkan, satu liter nikotin cair dapat dihasilkan dari 20 kilogram daun tembakau, atau dari 500 - 1.000 kilogram batang tembakau.

Meski demikian Frans mengaku saat ini masih terdapat tantangan dalam menggunakan limbah tembakau sebagai bahan baku nikotin cair, terutama mengenai yield yang dihasilkan.

"Teknologi ekstraksi nikotin ini cukup kompleks, tidak asal diekstrak. Teknologi kunci kami yaitu bagaimana bisa mengisolasi nikotin yang jumlahnya kecil agar yield yang dihasilkan 0,3 - 0,5 per ton material," ujar Frans.

Frans berharap, pemanfaatan bahan baku lokal ini dapat dilakukan secara masif oleh pelaku usaha HPTL lainnya agar teknologinya dapat dikembangkan bersama dan ekosistemnya berjalan dengan baik. Untuk itu dukungan pemerintah berupa regulasi khusus industri HPTL sangat diperlukan.

Baca juga: Turut Terdampak Pandemi, Pengusaha Produk Tembakau Minta Insentif ke Pemerintah

Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Garindra Kartasasmita mengatakan, sejatinya kebutuhan pasokan bahan baku industri HPTL nasional sebanyak 7-9 ton nikotin cair per tahun bisa dipenuhi dengan memanfaatkan limbah pertanian tembakau.

Sebagian produsen bahkan telah memiliki standar kualitas setara nikotin cair impor, dalam pemanfaatan bahan baku lokal ini.

“Karena kita produksi di Indonesia dan bahan baku di sini sangat berlimpah, tentu peluang pengembangan industri HPTL nasional ini masih sangat besar. Petani juga bisa mendapat penghasilan tambahan dengan menjual limbah tembakau ke pelaku usaha HPTL,” ucap Garin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+