Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS: Indeks Pembangunan TIK Indonesia 2020 Naik Jadi 5,59

Kompas.com - 18/08/2021, 18:59 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia mengalami kemajuan. Hal itu terlihat dari Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Indonesia 2020 yang naik menjadi 5,59 dari tahun sebelumnya 5,32.

IP-TIK merupakan suatu ukuran standar yang dapat menggambarkan tingkat pembangunan teknologi informasi dan komunikasi suatu wilayah, kesenjangan digital, serta potensi pengembangan TIK.

IP-TIK terdiri dari tiga subindeks, yaitu subindeks akses dan infrastruktur, subindeks penggunaan, dan subindeks keahlian.

Baca juga: Bukalapak IPO, Luhut Harap Perusahaan Teknologi Lain Menyusul

Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, peningkatan IP-TIK 2020 didorong oleh kenaikan ketiga subindeks tersebut.

“Ketiga subindeks IP-TIK memiliki pola yang sama pada 2019 dan 2020, dengan nilai tertinggi adalah subindeks keahlian, diikuti subindeks akses dan infrastruktur, dan terakhir subindeks penggunaan,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8/2021).

Ia menjelaskan, dengan skala 0-10, pada IP-TIK 2020 subindeks keahlian mencapai skala 5,92, subindeks akses dan infrastruktur mencapai 5,67, dan subindeks penggunaan mencapai 5,34.

Skala IP-TIK ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai indeks menunjukkan pembangunan TIK suatu wilayah semakin pesat.

Sebaliknya, bila semakin rendah nilai indeks maka menunjukkan pembangunan TIK di suatu wilayah relatif masih lambat.

Baca juga: Ekspor Juli 2021 Turun Jadi 17,70 Miliar Dollar AS, Ini Sebabnya Kata BPS

Secara rinci, ketiga subindeks tersebut terdiri dari 11 indikator dengan capaian yang berbeda untuk setiap indikator di sepanjang 2019-2020.

Dari skala 0-10, terdapat beberapa indikator yang nilai mencapai di atas 8.

Indikator tersebut yakni pelanggan telepon seluler per 100 penduduk, bandwidth internet internasional per pengguna (bit/s), pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk, dan angka partisipasi kasar sekunder.

Sementara, capaian indikator yang relatif rendah yakni pelanggan telepon tetap per 100 penduduk, pelanggan fixe broadband internet per 100 penduduk, dan persentase rumah tangga dengan komputer.

Di sisi lain, untuk melihat posisi pembangunan TIK antarprovinsi, nilai IP-TIK dibagi menjadi empat kategori, yakni tinggi di kisaran 7,51-10,00, sedang di kisaran 5,01-7,50, rendah di kisaran 2,51-5,00, dan sangat rendah di kisaran 0,00–2,50.

Baca juga: Impor Juli 2021 Capai 15,11 Miliar Dollar AS, BPS: Ada Indikasi Baik Aktivitas Ekonomi Berjalan

Pada 2019-2020, seluruh provinsi di Indonesia masuk dalam kategori sedang dan rendah, dengan mayoritas berkategori sedang.

Terdapat tujuh provinsi yang mengalami pergeseran kategori dari rendah di 2019 menjadi sedang di 2020.

Pergeseran ini menggambarkan adanya perbaikan pembangunan TIK di Indonesia, khususnya di Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Meski demikian, kesenjangan pembangunan TIK cenderung mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan semakin lebarnya jarak antara IP-TIK tertinggi dan terendah.

BPS mencatat, dalam dua tahun terakhir, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan IP-TIK tertinggi dan Papua menjadi provinsi dengan IP-TIK terendah.

Baca juga: Kuartal I Tembus 7 Persen, BPS: Ekonomi Kuartal III Akan Bergantung pada Penanganan Kesehatan

Pada 2019, jarak antara IP-TIK tertinggi dan terendah adalah 3,98. Namun, jarak ini semakin lebar di 2020 menjadi 4,11.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com