Indonesia jelas terpengaruh dengan masalah kelangkaan peti kemas dan kongesti pelabuhan. Jumlah kapal peti kemas yang saat ini antri di berbagai pelabuhan di berbagai belahan dunia mencapai 350 unit. Dari sekitar 2,4 juta TEU yang ada di dalam perut mereka tentulah ada barang atau komoditas dari kita.
Seorang teman saya tersentuh dengan keadaan serba tak menentu ini. Dia menelepon beberapa waktu lalu dan bertanya “apa yang bisa kita lakukan agar bisa keluar dari krisis itu atau, paling tidak, meminalisasi dampaknya?”
Saya jawab dia: “Perlu didirikan sesegera mungkin sebuah pelayaran peti kemas dengan misi khusus melayani ekspor-impor nasional.”
Baca juga: Ini Tarif Baru Layanan Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok
Sekadar informasi saja, bisnis yang satu ini 90 persen dikuasai kapal-kapal asing, sama seperti pelayaran break bulk, bulk dan sebagainya. Sejatinya kita butuh kapal lain selain peti kemas tapi untuk sementara fokus saja dulu ke pelayaran kontainer.
Dalam pemikiran saya, kapal tersebut diadakan oleh sebuah korporasi yang dibentuk khusus untuk itu dengan melibatkan pengusaha-pengusaha pelayaran (swasta maupun BUMN).
Korporasi ini befungsi sebagai pool atau model lainnya tergantung kesepakatan para pihak yang terlibat. Keterlibatan pelaku usaha bisa dalam bentuk saham. Atau, bisa juga dalam bentuk penempatan kapal dalam pool. Lagi, keputusan terkait masalah ini diselesaikan berdasarkan kesepakatan para stakholder dan perhitungan bisnis yang prudent.
Pengoperasian kapal-kapal besar ini dalam lintasan yang telah dilayani oleh berbagai perusahaan asing bersifat kompetitif, sedapat mungkin tidak diberikan subsidi. Tetapi, subsidi tidak diharamkan sama sekali. Banyak negara besar dalam bisnis kemaritiman memberikan subsidi kepada pelayaran nasionalnya. Ada subsidi operasi (ini dilakukuan oleh Perancis). Atau, Italia yang memberikan subsidi kepada pelayaran nasional saat mereka membuat kapal baru.
Karena barang yang diangkut milik nasional, Pelayaran Indonesia Bersatu atau Indonesia Shipping Incorporated tentu berpeluang besar mendapatkan kontrak pengangkutan. Sejauh didukung oleh seluruh elemen masyarakat.
Lalu, bagaimana memulai gagasan ini?
Ketemu saja dulu sambil ngopi-ngopi para stakeholder pelayaran nasional. Dari situ semuanya akan mengalir. Semoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.