Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Ciri Orang Pemalas di Kantor, Bikin Jengkel Rekan Kerja

Kompas.com - 21/08/2021, 20:15 WIB
Yoga Sukmana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gila kerja atau biasa disebut workaholic sangat tidak bagus untuk kesehatan fisik dan mentalmu. Kerja seperti candu, nagih, hingga melupakan istirahat maupun kehidupan pribadi.

Kerja keras boleh-boleh saja, tetapi tidak perlu sampai kecanduan juga. Tahu batasannya, kapan harus bekerja, kapan harus berhenti.

Kamu punya keluarga, teman, kehidupan pribadi, dan waktu istirahat yang tak boleh dikorbankan. Sama pentingnya dengan bekerja. Jadi, penting untuk mengatur keduanya agar tetap berjalan seimbang.

Namun alih-alih tak mau gila kerja, kamu jangan malah jadi pemalas. Lebih banyak santai, ketimbang produktifnya. Sikap seperti ini kebalikannya workaholic.

Baca juga: 6 Cara agar Kamu Fokus Saat Bekerja

Berikut tanda-tanda seorang pemalas dalam bekerja, seperti dikutip dari Cermati.com:

  • Hobinya menunda pekerjaan

Orang pemalas sering sekali menunda pekerjaan. Itulah hobinya setiap hari. Ingin mulai bekerja saja, rasanya berat sekali.

Padahal mereka tahu pekerjaan tersebut harus diselesaikan. Tetapi sukanya mengulur waktu. Terlalu menggampangkan, atau keseringan mengucap “nanti saja lah, waktunya masih panjang.”

Mereka jadi kebanyakan istirahat. Membuang waktu untuk sesuatu yang tidak penting, seperti bermain media sosial, nonton film berjam-jam. Pekerjaan kantor dinomorduakan.

  • Banyak alasan tidak menyelesaikan pekerjaan

Setelah waktu terbuang percuma, mereka tetap mengerjakan tugas kantor hanya sekadar kewajiban. Di hari deadline tiba, pekerjaan belum selesai.

Namun mereka tetap santai, karena sudah punya seribu alasan yang akan diutarakan ke atasan. Apalagi kalau ternyata bosnya gampang dikibulin, baiknya kebangetan, tipe orang yang tidak enakan, makin mudah diluluhkan.

Alasan saja, seperti laptop error atau "ngehang", sakit atau orangtua sakit, saudara hajatan, dan alibi lain. Pasti dimaklumi bos.

Lama-lama, hal ini menjadi kebiasaan yang menjengkelkan rekan kerja lainnya. Karena bisa jadi rekan kerjanya yang ketimpa sial dengan mengerjakan tugasnya. Sikap yang sangat tidak profesional.

  • Lebih banyak mengeluh dibanding berusaha

Pekerjaan seorang pemalas, tiada hari tanpa mengeluh. Termasuk kalau mendapat tugas kantor yang sulit.

Daripada waktu terbuang untuk mengeluh, lebih baik dikerjakan saja agar cepat selesai. Jika mengalami kesusahan di tengah jalan, bertanya pada atasan, minta solusi atau jalan keluarnya.

Bukannya mengeluh, sehingga pekerjaan tidak tersentuh dan tidak selesai. Mengeluh tidak akan pernah ada habisnya.

Sementara rekan kerjamu yang lain mampu menyelesaikan pekerjaan yang sama sesuai tenggat waktu yang ditentukan. Itu berarti kamu yang malas, tidak mau berusaha.

Baca Juga: Tips Menjawab Pertanyaan saat Wawancara Kerja di Masa Pandemi

  • Selalu ‘disuapi’ atau tidak mandiri

Sudah kerjanya mengeluh setiap hari, malas pula berusaha sendiri. Terus mengandalkan bantuan orang lain.

Itu karena mereka yakin, rekan kerja maupun atasan pasti akan membantunya. Kalau sekali dua kali membantu sih, tidak masalah.

Selain itu, hal yang bikin kesal jika saban hari minta bantuan. Minta tolong untuk mengerjakan pekerjaan maupun kesulitan yang dialami, bahkan berbagai hal yang pada dasarnya bisa ditangani sendiri.

  • Betah di zona nyaman dan ogah mengembangkan potensi diri

Gaya hidup orang pemalas sudah biasa santai, termasuk dalam bekerja. Kalau sudah nyaman di satu posisi atau lingkungan kerja, malas untuk keluar dari zonanya.

Mereka enggan belajar hal-hal baru yang dapat meningkatkan potensi diri, serta memajukan kariernya. Bagi mereka, cukup dengan apa yang sudah diraih saat ini.

Mereka berpikiran, untuk apa capek-capek meningkatkan keahlian dan keterampilan atau pindah ke perusahaan lain, karena belum tentu hasilnya sesuai harapan.

Orang Pemalas Jadi Toxic di Kantor

Sikap malas dapat mengakar dalam diri seseorang. Menjadi kebiasaan jelek dan membuat orang sekeliling kesal dengan perilaku tersebut.

Di kantor pun demikian. Orang yang malas bekerja dengan tanda-tanda seperti di atas kemungkinan besar menjadi toxic di tempat kerja.

Mereka akan dijauhi rekan kerja. Tidak ada lagi yang ingin berkawan atau bekerja sama dengannya, kecuali orang-orang yang memiliki sifat dan sikap yang sama.

Perusahaan lambat laun juga akan mengetahui kinerjanya yang buruk. Karena tidak perform, maka si pemalas bakal menerima akibatnya. Dipecat secara tidak hormat.

Perilaku malas dapat menghancurkan karier seseorang di masa kini maupun masa depan. Jadi, buang jauh-jauh rasa malas dalam bekerja.

Berubah menjadi orang yang rajin dan pekerja keras, tanpa harus gila kerja atau workaholic agar sukses dalam karier maupun kehidupan pribadi.

Baca juga: Bekerja Setengah Hati? Begini Cara Gapai Karier Impian

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com