Misalnya, bila Anda mengalami risiko penurunan harga minus 15 persen, sehingga psikologis Anda terganggu atau tidak nyaman. Bila seperti itu, berarti profil risiko Anda adalah konservatif, atau tidak cocok untuk karakter produk yang agresif di ETF.
2. Pahami komposisi dan strategi ETF
Kini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyediakan bermacam-macam indeks yang bisa menjadi acuan penyusunan Produk ETF, yakni:
- Investasi mengikuti IHSG
- Investasi sesuai syariah
- Investasi peduli lingkungan dan sosial (ESG)
- Value Investing (saham dengan valuasi murah)
- Investai pada saham dengan dividen tinggi. Misalnya, Anda ingin berinvestasi dengan tujuan mengikuti Indeks IHSG, maka pilihannya adalah ETF LQ45 atau ETF IDX30.
Baca juga: ETF Indonesia Tertinggi di ASEAN
3. Lakukan dollar cost averaging (DCA)
Gembong menjelaskan, investasi dengan model menabung bulanan atau Dollar Cost Averaging (DCA) akan membuat Anda nyaman secara pengelolaan keuangan. Karena, setiap bulan Anda berinvestasi dari pendapatan Anda.
Selain itu, secara risiko juga akan kecil karena mendapatkan harga beli rata-rata, dan akan membentuk kebiasaan yang positif dengan cara yang paling efisien di BEI, yakni membeli reksa dana ETF.
“Setelah mengenal ETF, Anda dapat mulai mengaplikasikan informasi yang telah dipelajari untuk kemudian take action,” sebut Gembong. (Retna Gemilang)
Artikel ini merupakan kerja sama dengan Finasialku.com. Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.