Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Pajak Rendah Akibat PPKM, Kekurangannya Mencapai Rp 87,1 Triliun

Kompas.com - 23/08/2021, 16:47 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali merevisi outlook penerimaan pajak tahun ini. Sepanjang 2021, outlook penerimaan pajak diproyeksi menjadi Rp 1.142,5 triliun.

Proyeksi ini hanya 92,9 persen dari target APBN 2021 Rp 1.229,6 triliun. Artinya, akan ada kekurangan pajak (shortfall) Rp 87,1 triliun.

Padahal, sebelumnya, shortfall diproyeksi Rp 53,3 triliun atau Rp 1.176,3 triliun dari target APBN.

Baca juga: Sri Mulyani Akui Penerimaan Pajak Hilang Rp 48,74 Triliun karena Beri Insentif

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kekurangan pajak dipengaruhi oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada awal Juli 2021 hingga Agustus ini.

"Penerimaan pajak akan lebih rendah dari target dengan adanya PPKM akibat varian Delta yang pengaruhnya muncul di semester II (atau) kuartal III (2021)," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (23/8/2021).

Wanita yang akrab disapa Ani ini memproyeksi, penerimaan pajak sepanjang tahun hanya 92,9 persen atau Rp 1.229,6 triliun.

Penerimaan itu memang masih tumbuh 6,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), tetapi masih tertekan dibanding semester I 2021.

"Juli-Agustus akan terpukul. Kita perkirakan menyebabkan penerimaan pajak terefleksi, tidak setinggi di semester I 2021," beber dia.

Baca juga: Cara Bayar Pajak Motor Online, Cukup dari Handphone

Sri Mulyani mengatakan, penerimaan pajak selama pandemi memang lebih banyak digunakan sebagai instrumen pemulihan, seperti pemberian insentif pajak secara keseluruhan.

"Kita tetap menggunakan pajak dan perpajakan sebagai instrumen pemulihan, belum secara full untuk collection, insentif kita berikan," ucap dia.

Meski demikian, Sri Mulyani melihat ada beberapa sektor yang penerimaan pajaknya mulai pulih.

Beberapa sektor tersebut di antaranya industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi.

Penerimaan pajak di sektor informasi dan komunikasi bahkan sudah tumbuh 15,8 persen (yoy), pengolahan 5,7 persen (yoy), sementara perdagangan 11,4 persen yoy.

Baca juga: Mengenal NPWP Pajak dan Tata Cara Pembuatannya

Sedangkan sektor konstruksi masih -16 persen (yoy), pertambangan -8,1 persen (yoy), dan sektor jasa keuangan -3,9 persen (yoy).

"Industri transportasi dan pergudangan -1,1 persen, namun mereka sangat volatile tergantung dari Covid-19 yang sekarang ini mungkin masih menyebabkan pertumbuhan dan pemulihan menjadi tertahan,” pungkas Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Whats New
Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Whats New
Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com