Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Pantau Perkembangan Kasus Covid-19 dan Rencana Tapering untuk Jaga Nilai Tukar

Kompas.com - 30/08/2021, 13:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih terus mewaspadai dua risiko yang terjadi dalam ekonomi global sepanjang tahun ini dan tahun depan.

Risiko tersebut sangat mempengaruhi kondisi realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan performa nilai tukar rupiah.

Dia bilang, risiko tersebut masih membayangi meski pemulihan di negara-negara di dunia sudah terlihat.

Baca juga: Viral Unggahan Uang Logam Rp 100.000 Terbuat dari Emas, Ini Kata BI

"Kami lihat pertumbuhan ekonomi global membaik (dengan target pertumbuhan) 5,8 persen tahun ini dan 4,3 persen 2022. Pasar keuangan stabil, ketidakpastian sedikit menurun. Tapi ada risiko yang kami pantau," ujar Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (30/8/2021).

Perry mengungkapkan, risiko pertama adalah perkembangan Covid-19 varian delta yang akhir-akhir ini masih menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia.

Perkembangan varian ini dan varian baru lainnya akan mempengaruhi pertumbuhan ke depan, tergantung dari kemajuan vaksin dan stimulus fiskal yang disebar pemerintah.

"Akses vaksin dan (kemampuan) stimulus negara di dunia terjadi divergensi. Divergensi global perlu dilihat terutama dampaknya kepada (kinerja) ekspor," kata Perry.

Risiko kedua adalah waktu dan besarnya perubahan kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.

Baca juga: BI Prediksi Terjadi Inflasi 0,01 Persen pada Agustus 2021

Normalisasi kebijakan moneter atau tapering off The Fed ini berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah akibat larinya aliran modal asing.

"Statement terakhir (The Fed) mulainya pengurangan likuiditas (akan terjadi) di akhir tahun, meski kenaikan suku bunga masih di penghujung tahun 2022. Reaksi pasar menunjukkan pemahaman investor semakin baik dan ini kita antisipasi perubahan ini kepada stabilitas nilai tukar," tutur Perry.

Namun, Perry menegaskan, ketahanan eksternal Indonesia hingga kini baik-baik saja. Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) tahun ini diperkirakan rendah di kisaran 0,6-1,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hingga kuartal II 2021, nominal defisit transaksi berjalan sekitar 2,2 miliar dollar AS atau 0,8 persen dari PDB dan neraca modal surplus sebesar 1,9 miliar dollar AS.

Cadangan devisa pada akhir Juli masih tinggi sebesar 137,3 miliar dollar AS.

Baca juga: Ini Strategi BI Percepat Digitalisasi Bank Sentral

"Kondisi neraca pembayaran yang bagus secara fundamental mendukung stabilitas nilai tukar. Kami terus menjaga pergerakan yield SBN, meski secara teknikal rupiah dipengaruhi pasar mengenai rencana Fed tapering. Kami terus lakukan langkah kalau diperlukan melalui intervensi pasar," pungkas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com