“Konsep bertani yang dilakukan kelompok tani kami adalah tumpang sari karena lahan di sini merupakan lahan yang kecil. Paling luas itu 1 hektar,” jelasnya.
Konsep tumpang sari digunakan untuk mengantisipasi harga yang tidak menentu. Pasalnya, salah satu tanaman bisa kemungkinan memiliki nilai jual tinggi dan rendah.
Tak hanya itu, sistem perawatan sudah menggunakan sistem budidaya smart farming, yakni pertanian yang berbasis internet. Sistem ini diterapkan agar dapat meningkatkan usaha petani dalam melakukan perawatan seperti pemupukan dan pemanenan.
Gede memaparkan, keuntungan penggunaan internet adalah adanya kontinuitas dalam berproduksi.
Dari Bali pindah ke Jawa Barat (Jabar), Ketua KT Subur Jaya Nian Abadi menceritakan kisah kelompoknya mengelola tanaman obat lengkuas di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi bergabung untuk menyemarakkan Merdeka Panen.
Baca juga: Kementan Klaim Produksi Pertanian Lokal Penuhi Kebutuhan Nasional dan Tekan Impor
Nian menyampaikan, pihaknya bisa memaksimalkan lahan tersebut hingga menghasilkan panen 15-25 ton per ha.
Hasil panen tersebut tergantung kesuburan tanah, perawatan lahan, penyiangan rumput dan sebagainya. Dari panen tersebut, KT Subur Jaya setidaknya mendapatkan laba Rp 30 juta.
“KT Subur Jaya berharap untuk mendapatkan bantuan kepada pihak Kementan, pihak suportir dan Dinas Pertanian agar harga ke depan lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan para petani di Desa Mukti Jaya, Bekasi,” papar Beni.
Tidak hanya petani, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga turut bergabung pada kegiatan Bimtek On The Spot ini. Dia menjelaskan, salah satu komoditas andalan Kabupaten Garut adalah kunyit.
Berdasarkan data yang ada, Kabupaten Garut merupakan produsen kunyit terbesar di Jabar dengan luas lahan sekitar 600-700 ha di Kecamatan Slawi.
Baca juga: Antisipasi Perubahan Iklim, Kementan Berupaya Optimalkan Irigasi Pertanian
“Selain memproduksi produk segar, kami juga sudah mulai mengolah simplisia dan kami berharap adanya dukungan infrastruktur untuk pascapanennya,” ujarnya.
Beni berharap, ke depan kunyit dapat difokuskan ke pengembangan. Dengan begitu, kunyit bisa menjadi salah satu komoditas yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut.
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura selaku koordinator Bimtek seri Hortikultura Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan, kegiatan Merdeka Panen dan Tanam bertujuan membuktikan petani-petani yang ada sangat hebat dan luar biasa.
“Petani dapat menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk meyakinkan bahwa petani lainnya juga mampu untuk berhasil dalam bertani. Bertani itu keren,” ujarnya.
Baca juga: Kisah Yanuarius, Pensiunan Guru yang Memilih Jadi Petani Cabai, Raup Omzet Puluhan Juta
Retno mengatakan, melalui kegiatan Merdeka Panen dan Tanam, petani dari berbagai daerah dapat bergabung langsung dari lahannya secara daring untuk melakukan panen atau tanam komoditas hortikultura.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha menambahkan, petani bisa berbuat lebih dari apa yang saat ini dilakukan.
“Yang tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Yang sudah paham juga dapat berbagi ilmu kepada orang lain,” ujarnya saat membuka Bimtek On The Spot “Grower on Stage, Petani Merdeka, Petani Bertanya, Petani Menjawab”.
Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto sebelumnya telah memberikan arahan kepada jajarannya agar turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan yang digelar Kementan.
Baca juga: Cerita Petani Porang di Cianjur, Raup Untung Besar Saat Panen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.