Tahun lalu, Western Union, salah satu channel untuk menerima remitansi yang telah beroperasi selama lebih dari 20 tahun di Kuba harus menutup lebih dari 400 kantor mereka akibat kian ketatnya sanksi di pemerintahan Trump.
Hal tersebut membuat proses menerima dan mengirim uang dari dan keluar Kuba menjadi kian rumit.
Kebutuhan akan uang tunai yang kian tinggi, menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan penggunaan aset kripto di Kuba.
"Terdapat beberapa sektor dan beberapa orang yang telah beralih pada mata uang kripto," ujar Profesor Antropologi di Portland State Universiity, Mrinalini Tankha.
Baca juga: Malaysia Larang Platfrom Jual-Beli Aset Kripto Binance Beroperasi
Dia memuji komunitas kripto yang berkembang seiring dengan kebangkitan internet di Kuba.
Kini, lebih banyak orang menggunakan smartphone serta sudah ada koneksi 3G di negara tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan mata uang kripto cukup berkembang di negara tersebut yakni mata uang lokal yang cenderung lemah.
Penggunaan mata uang kripto di Kuba pun kini lebih dari sekadar transfer uang lintas batas.
Kini, penggunaan uang kripto juga berkaitan dengan mereka yang ini meningkatkan potensi pendapatan mereka.
“Jika Anda seorang pengembang perangkat lunak (software), atau jika Anda seorang seniman NFT, Anda sebenarnya dapat dibayar melalui cryptocurrency untuk pekerjaan Anda, dan saya pikir di situlah potensi sebenarnya,” kata Tankha.
“Ini membuka ekonomi baru bagi Kuba untuk berpartisipasi,” ujar dia.
Baca juga: Aset Kripto Hari Ini Kompak Melesat, Bitcoin Tembus 40.000 Dollar AS
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.