JAKARTA, KOMPAS.com - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba inti sebesar 330 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS). Kinerja itu naik 45 persen dibandingkan periode sama di tahun lalu.
Peningkatan profitabilitas tersebut ditopang oleh kondisi pasar batu bara yang membaik dan capaian Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (Ebitda) yang sebesar 635 juta atau naik 36 persen dibandingkan semester I-2020.
“Suplai yang ketat di pasar batu bara mendorong kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode laporan ini,” ujar Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir dalam keterangan tertulis, Selasa (31/8/2021).
Baca juga: 4 Perusahaan Sudah Lolos dari Sanksi Larangan Ekspor Batu Bara
Ia menjelaskan, pada semester I-2021 terjadi hambatan suplai batu bara, sebab negara-negara penyuplai utama batu bara tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi berkat pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Kondisi tersebut membuat harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, sehingga membuat Adaro Energy berhasil membukukan profitabilitas yang positif di paruh pertama tahun ini.
Sejalan dengan capaian laba, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,5 miliar dollar AS atau naik 15 persen secara tahunan. Kenaikan pendapatan ini utamanya disebabkan karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 25 persen.
Garibaldi mengatakan, volume curah hujan dan jumlah jam hujan pada Mei dan Juni 2021 yang lebih tinggi daripada perkiraan, telah mempengaruhi operasi penambangan pada semester I-2021.
Produksi batu bara pada periode ini menjadi sebanyak 26,49 juta ton, atau turun 3 persen secara tahunan. Sementara penjualan batu bara pada semester I-2021 tercatat sebanyak 25,78 juta ton, atau turun 5 persen secara tahunan.
Baca juga: Harga Batu Bara Acuan Tembus 130 Dollar AS per Ton, Tertinggi Dalam 1 Dekade
Di sisi lain, hingga akhir Juni 2021, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar 1.064 juta dollar AS atau naik 2 persen cara tahunan. Kenaikan itu disebabkan naiknya biaya penambangan yang diikuti oleh kenaikan harga bahan bakar maupun pembayaran royalti sebagai akibat kenaikan ASP.
Sedangkan untuk beban usaha tercatat sebesar 86 juta dollar AS di semester I-2021 atau turun 12 persen secara tahunan. Penurunan tersebut terjadi karena Adaro Energy mencatat turunnya beban umum dan administrasi sebesar 14 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.