Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SKK Migas: Insentif Hulu Migas Hasilkan Rp 41 Triliun ke Penerimaan Negara

Kompas.com - 03/09/2021, 18:27 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS-com - Pemerintah telah memberikan insentif untuk sektor hulu minyak bumi dan gas (migas) sejak 2020, dan diklaim telah menunjukkan hasil yang positif terhadap penerimaan negara.

SKK Migas menyatakan, pelaksanaan insentif hulu migas telah mendorong investor untuk segera melakukan proses pengembangan lapangan migas serta pemutakhiran cadangan.

Hal itu membuat adanya tambahan cadangan minyak dan gas sebesar 465,5 juta barel setara minyak (million barrels of oil equivalent/MMBOE) dan penerimaan negara minimal 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun hingga Agustus 2021.

Baca juga: SKK Migas Sebut Ada 100 Anjungan Migas Lepas Pantai yang Sudah Tak Beroperasi

"Insentif meningkatkan daya saing investasi dan iklim investasi hulu migas Indonesia. Insentif itu pun memberi dampak positif karena menambah penerimaan negara minimal Rp 41 triliun, serta menjadi katalis positif bagi industri hulu di tengah pandemi Covid-19," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangannya, Jumat (3/9/2021).

Selain bertambahnya cadangan dan penerimaan negara, lanjutnya, pemberian insentif juga mendongkrak realisasi investasi pemboran dan fasilitas produksi sebesar 3,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 50 triliun.

Hal itu meliputi pemboran 88 sumur pengembangan, 15 sumur injeksi, 32 reaktivasi sumur, 1 sumur step out dan konstruksi, serta pemasangan fasilitas produksi.

Baca juga: SKK Migas Mulai Eksplorasi Migas di Lamongan

Sementara itu, manfaat yang diterima kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dari adanya insentif hulu migas ini adalah adanya peningkatan pendapatan KKKS sebesar 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21,75 triliun.

Dwi mengatakan, dengan realisasi positif itu, maka SKK Migas bersama Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM terus mengkaji insentif-insentif lain yang bisa diberikan untuk semakin mendorong kinerja industri hulu migas.

Menurutnya, isu utama pembahasan insentif hulu migas bukan pada pengorbanan hak negara, melainkan bagaimana agar potensi produksi hulu migas dapat dimaksimalkan. Indonesia kini memiliki 128 cekungan, di mana baru 20 cekungan yang telah berproduksi.

"Untuk mengusahakan cekungan lainnya, dibutuhkan pengkondisian agar cekungan yang belum berproduksi dapat segera dilakukan kegiatan. Sebagai industri dengan resiko tinggi dan membutuhkan investasi yang besar, maka perlu kebijakan yang mampu menarik investor menanamkan modalnya,” jelas Dwi.

Dwi bilang, berdasarkan hasil studi menyatakan bahwa setiap investasi di hulu migas sebesar 1 miliar dollar AS akan menciptakan multiplier effect berupa penciptaan 100.000 lapangan kerja. Selain itu, berkontribusi pula bagi industri hulu migas dengan menyerap 350.000 tenaga kerja.

Sementara itu, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menetapkan bahwa kebutuhan energi minyak dan gas akan terus meningkat dimasa yang akan datang. Pada energi minyak, di tahun 2050, RUEN memperkirakan kebutuhannya sekitar 3,97 juta barrel.

Berkaca dengan produksi rata-rata minyak Indonesia pada kisaran 706.000 barrel ditahun lalu, maka terdapat selisih (gap) yang sangat besar sehingga berdampak pada meningkatnya impor migas dan menjadi beban bagi negara.

Oleh karena itu, diperlukan peningkatan produksi migas untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang semakin melebar dan menjaga stabilitas ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com