Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap September Effect, Analis Rekomendasi Cicil Beli Saham

Kompas.com - 06/09/2021, 06:07 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan September kerap kali dianggap sebagai bulan buruk bagi bursa saham. Pasalnya, setiap bulan ini biasanya terjadi tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga disebut sebagai September Effect maupun September Kelabu.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengamini hal tersebut. Menurut dia, jika melihat siklus setiap tahunnya, memang terdapat koreksi yang cukup besar di IHSG pada bulan September.

Dia menyebutkan, September Effect juga akan terjadi pada tahun ini seiring dengan kurangnya sentimen positif di bursa saham.

"Kemungkinan akan terjadi di minggu kedua sampai ketiga bulan September dengan bottom IHSG di area 5.920," kata Chris seperti dilansir dari Kontan.co.id, Minggu (5/9/2021).

Baca juga: 5 Cara Mudah Beli Saham Melalui e-IPO

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sejak awal tahun juga sudah memperkirakan bahwa akan terjadi koreksi IHSG pada bulan September-Oktober. Menurut prediksinya, bottom IHSG akan berada pada kisaran 5.500-5.850.

Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, September Effect kemungkinan akan terjadi, tetapi dengan penurunan yang terbatas. Pasalnya, bursa saham memiliki sentimen positif seiring ditundanya kebijakan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat.

"Untuk sekarang, IHSG sedang bergerak konsolidasi di area 6.000 - 6.172," kata William.

Meskipun begitu, ketiga analis ini sepakat, momentum penurunan IHSG di bulan September dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk mengoleksi sejumlah saham.

William sendiri menyarankan investor untuk melakukan buy on weakness setiap ada pelemahan di bursa saham.

Menurut dia, saham-saham pertambangan batu bara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), serta saham properti seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dapat menjadi pilihan untuk dikoleksi.

Alasannya, saham-saham batubara masih sideways, sementara saham properti secara teknikal sudah berada di area jenuh jual.

"Investor bisa beli saham-saham tersebut pada harga saat ini. Target harga untuk ADRO berada di level Rp 1.600 per saham, INDY Rp 1.710, DOID Rp 340, SMRA Rp 950, dan BSDE Rp 1.015 per saham," tutur William.

Meskipun begitu, William menyarankan pelaku pasar untuk tidak membelinya secara agresif, melainkan cicil beli terlebih dahulu. Pasalnya, jika melihat siklus tahunan, ada momentum pelemahan pasar lainnya yang biasanya terjadi di bulan November.

Herditya juga menyarankan investor untuk melakukan akumulasi saham dengan cara cicil beli, terlebih jika IHSG berada di bawah level 5.900-6.000. Menurut dia, saham-saham sektor telekomunikasi dan konstruksi dapat menjadi pilihan.

"Secara teknikal, saham-saham telekomunikasi masih menarik dan diperkirakan masih ada peluang uptrend. Sementara saham-saham konstruksi nampaknya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda uptrend dalam jangka pendek," tutur Herditya

Senada, Chris juga berpendapat, penurunan IHSG ke bawah level 6.000 menjadi kesempatan menarik untuk mulai mengoleksi sejumlah saham.

Dia menyarankan investor untuk membeli saham-saham yang tidak terlalu berkorelasi signifikan terhadap pergerakan IHSG. Dengan begitu, saham-saham tersebut tidak akan terlalu terkena dampak penurunan IHSG.

"Sementara ini, saya cenderung memilih saham-saham second liner dan third liner," ucap Chris.

Baca juga: BRI Right Issue Rp 95,92 Triliun, Bagaimana Prospek Saham BBRI?

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com