JAKARTA, KOMPAS.com - Bila Anda melakukan investasi saham atas sebuah perusahaan, pasti familiar dengan istilah return of asset (ROA). Istilah ini kerap muncul pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang diterbitkan sebagai sumber informasi bagi investor.
Sebenarnya, apa itu ROA atau return on asset?
Dilansir dari Investopedia, Senin (6/9/2021), ROA adalah indikator untuk menunjukkan seberapa untuk sebuah perusahaan dibandingkan dengan total asetnya.
Rumus ROA akan memberi gambar bagi manajer, investor, atau analis mengenai seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan pendapatan.
Baca juga: Komersial Adalah Berkaitan dengan Bisnis dan Niaga, Apa Itu?
Dalam hal ini, melalui ROA, bisa terlihat kemampuan perusahaan berdasarkan penghasilannya di masa lalu. Sehingga, hal tersebut bisa dimanfaatkan diperiode sebelumnya.
Berbeda dengan Return on Equity (ROE), ROA tidak tidak memasukkan komponen utang perusahaan.
ROA dihitung dengan membagi pendapatan bersih perusahaan dengan total aset.
Dengan demikian, rumus ROA bisa dipahami sebagai berikut:
Return on Assets = Pendapatan Bersih (Pendapatan setelah pajak)/Total Aset
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa dikatakan baik atau buruknya manajemen perusahaan terlihat dari tinggi atau rendahnya persentase hasil dari perhitungan rumus ROA.
Semakin tinggi persentase yang dihasilkan dari perhitungan ROA, artinya kian efisien pula penggunaan aset dari perusahaan yang bersangkutan.
Baca juga: Pasar Modal Adalah: Pengertian, Sejarah, dan Fungsinya
ROA digunakan untuk membandingkan dua perusahaan yang berbeda, namun memiliki bisnis di subsektor yang sama.
Misalnya saja, membandingkan ROA antara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Keduanya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang fast moving consumer goods (FMCG).
Lalu bagaimana cara menggunakan rumus ROA?
Sebagai contoh, perusahaan C memiliki aset Rp 400 juta dengan laba bersih 60 juta pada tahun 2019. Sementara di tahun yang sama, perusahaan D dengan total aset Rp 300 juta mencetak laba bersih Rp 50 juta.
Bila dilihat dari ilustrasi di atas, perusahaan C tercatat menguntungkan karena mencetak laba lebih besar.
Baca juga: Pengertian Komoditas dan Jenis-jenis Produknya
Namun, benarkah demikian? Anda bisa mengecek dengan menghitung Return on Asset (ROA) dari masing-masing perusahaan.
ROA Perusahaan C: (60 juta/400 juta) x 100 = 15 persen
ROA Perusahaan D: (50 juta/300 juta) x 100 = 16,6 persen
Dari perhitungan menggunakan rumus ROA di atas, bisa terlihat perusahaan C kalah efisien ketimbang perusahaan D. ROA perusahaan C sebesar 15 persen sementara perusahaan D sebesar 16,6 persen.
Sehingga bisa disimpulkan, dengan total aset yang tak sebesar perusahaan C, perusahaan D bisa mencetak laba yang lebih besar ketimbang perusahaan C.
Hal yang sama berlaku sebaliknya, dengan total aset yang lebih besar, ternyata perusahaan C tidak mampu mencetak laba yang nilainya lebih besar ketimbang perusanaan D.
Baca juga: Memahami Apa Itu NPWP dan Cara Mendapatkannya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.