Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Sudah Produksi Bioavtur J2.4

Kompas.com - 08/09/2021, 12:30 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina sudah memproduksi Bioavtur J2.4, inovasi energi bersih berbasis bahan bakar nabati untuk moda transportasi udara. Penggunaan Bioavtur J2.4 sudah diuji coba pada pesawat CN235 FTB.

Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Ifki Sukarya mengatakan, melalui tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil.

“Sejak tahun 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Cilacap," kata Ifki dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (8/9/2021).

"Performa Bioavtur sudah optimal, di mana perbedaan kinerjanya hanya 0.2 – 0.6 persen dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2.4 persen, ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” sambungnya.

Baca juga: Subholding Gas Pertamina Bangun Mother Station CNG di Blora

Menurut BUMN di sektor minyak dan gas tersebut, Bioavtur J2-4 bisa berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Pengembangan Bioavtur juga dinilai selaras dengan target Indonesia mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23 persen tahun 2025

Pengembangan Bioavtur J2.4 dilakukan sejak 2014 yang meliputi dua tahap penting yang pengembangan awalnya dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT).

Tahap pertama ditandai dengan proses Hydrodecarboxylation dengan target awalnya adalah produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.

Sedangkan tahap kekedua ditandai dengan proses Hydrodeoxygenation yaitu Pertamina telah memproduksi diesel biohidrokarbon yang diklaim lebih efisien.

Pada tahun 2020, unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100 persen berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Baca juga: Apindo Nilai PKPU Berpotensi Timbulkan Kepailitan Massal dan PHK

RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.

Menurut Ifki, tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product termasuk green diesel dan bioavtur.

Adapun Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap didapuk memiliki kapasitas teknis untuk mengembangkan BioAvtur nasional.

“Melalui Unit Kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti kelapa sawit atau atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan avtur fosil,” ujarnya,

Kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapat 8.000 barrel per hari dan akan terus ditingkatkan.

Pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dan Institut Teknologi Bandung.

Selain itu pihak-pihak yang terkait lainnya yaitu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan Garuda Maintenance Facilities (GMF), PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA), dan Kemenhub.

Baca juga: Ini Biaya yang Dibutuhkan untuk Bangun Pom Bensin Mini Pertamina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com