JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terus berupaya mencapai pertumbuhan kredit 7 persen di tahun 2021.
“Untuk mengoptimalkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, Bank Mandiri telah melakukan penajaman strategi, dimana strategi ini tentunya sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mulai menunjukkan kinerja positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen,” ujar Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam public expose live, Rabu (8/9/2021).
Baca juga: Bank Mandiri Proyeksi Restrukturisasi Kredit Bakal Terus Turun
Ahmad mengungkapkan, fokus dalam penajaman bisnis perseroan, pertama, integrasi bisnis wholesale dan ritel dengan memaksimalkan potensi value chain pada ekosistem nasabah wholesale.
Kedua, mengoptimalkan potensi bisnis dan sektor unggulan di wilayah serta penyaluran kredit dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat.
Dengan begitu, akan menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik.
Ketiga, Bank Mandiri akan mengakselerasi digital dengan mengembangkan solusi digital, perbaikan proses, modernisasi channel, serta peningkatan kapabilitas core banking.
“Lewat strategi ini, Bank Mandiri optimis kredit secara bank only mampu tumbuh 6 persen hingga 7 persen YoY pada akhir tahun 2021, tentunya dengan tetap memprioritaskan pertumbuhan secara berkualitas," tegas dia.
Baca juga: Bank Mandiri Sudah Salurkan Bantuan Subsidi Gaji Rp 800 Miliar
Pada semester I 2021, BMRI mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 1.014 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 871,6 triliun.
Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tercatat tumbuh 7,13 persen YoY menjadi Rp 534,2 triliun per akhir kuartal II 2021.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menjelaskan, tren pertumbuhan ini sebagai sinyal positif bahwa permintaan masih ada dan diharapkan akan terus meningkat.
Namun, BMRI tetap waspada dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan.
Di sisi lain, pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1 persen YoY menjadi Rp 98,3 triliun hingga kuartal II 2021.
Baca juga: Kimia Farma Beri Diskon Khusus bagi Nasabah Bank Mandiri Taspen
Dia bilang, ada atau tidaknya merger Bank Syariah Indonesia (BSI), tidak mempengaruhi pertumbuhan kredit Bank Mandiri saat ini.
“Sekiranya tidak ada merger Bank Syariah Indonesia, kredit Bank Mandiri juga mengalami perumbuhan yang sangat baik dimana kredit tumbuh kurang lebih 8 persen, jadi antara merger dan non merjer Bank Mandiri juga mengalami perumbuhan yang baik,” jelas Sigit.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), DPK Bank Mandiri secara konsolidasi hingga kuartal II 2021 tumbuh 19,73 persen YoY menjadi Rp 1.169,2 triliun, dengan komposisi dana murah sebesar 68,49 persen.
Pertumbuhan dana murah terutama di dorong oleh pertumbuhan giro (bank only) sebesar 40,9 persen YoY di kuartal II 2021.
“Kalau pencapaian hanya Bank Mandiri saja atau bank only ratio dana murah tercatat sebesar 73,2 persen. Ini angka yang sangat bagus dan bisa kita capai di semester I tahun 2021,” jelas dia.
Baca juga: Bisa Dihubungi 24 Jam, Berikut Layanan Call Center Bank Mandiri
Sigit menambahkan, ekspansi kredit dilakukan dengan tetap mengedepankan kualitas sehingga pertumbuhan tersebut juga diimbangi dengan kualitas kredit yang cukup terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 3,08 persen turun 21 bps YoY.
BMRI juga menjaga coverage ratio tetap terjaga di level 221,87 persen.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan BMRI sebesar Rp 19,68 triliun pada akhir paruh pertama tahun ini atau 63,5 persen dari target 2021, dengan jumlah penerima lebih dari 200.000 debitur UMKM dan kualitas yang terjaga baik.
Sementara untuk program restrukturisasi kredit terdampak pandemi, Bank Mandiri telah memberikan persetujuan restrukturisasi debitur terdampak pandemi yaitu kepada lebih dari 548 ribu debitur dengan nilai persetujuan sebesar Rp 126,5 triliun.
Dari nilai tersebut, hingga Juni 2021, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 triliun, di mana 62 persen dari total debitur restrukturisasi merupakan pelaku usaha UMKM.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.