Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Lahan Rawan Kebakaran, Kini Jadi Pertanian Nanas yang Bawa Cuan

Kompas.com - 09/09/2021, 14:56 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah jadi rahasia umum jika lahan gambut merupakan kawasan rawan kebakaran. Salah satunya lahan gambut yang berada di sekitar PT Kilang Pertamina Unit Sei Pakning, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Dulu, lahan tersebut tidak terawat, ditumbuhi semak dan sering terjadi kebakaran lahan. Akibat hal itu, Kampung Jawa yang berada di sekitar lahan tersebut kerap disebut "Kampung Neraka".

"Kami warga secara mandiri selalu disibukkan dengan pemadaman api. Lahan pun tidak memberikan hasil apa-apa bagi kami,” kata Samsul, tokoh penggerak masyarakat Kampung Jawa, seperti dikutip dari siaran pers Pertamina, Jakarta, Kamis (9/9/2021).

Samsul mengungkapkan, kebakaran tidak padam satu dua hari, bahkan bisa berhari-hari atau berbulan-bulan. Akibat hal itu, aktivitas warga menjadi terganggu, bahkan memicu penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).

Baca juga: Mengecap Manisnya Budidaya Lebah Madu di Halaman Rumah

Tinggal Sejarah

Namun cerita itu kini tinggal sejarah. Sebab puluhan hektar lahan gambut tersebut telah digarap menjadi pertanian nanas oleh beberapa kelompok masyarakat.

Pemerintah, masyarakat dan Kilang Pertamina Unit Produksi Sei Pakning turut andil dalam mengembangkan pertanian nanas, serta penghijauan di lahan gambut tersebut.

Pengembangan lahan gambut tersebut di awali dari program pemanfaatan lahan gambut bekas terbakar pada 2017.

Samsul mengatakan, pengembangan pertanian Nanas dipilih karena untuk mengelolanya dan membuka lahannya tidak menggunakan sistem bakar.

"Dari awal hanya saya garap sekitar setengah hektar, kini sudah berlipat-lipat menjadi 30 hektar lahan gambut yang digarap warga Kampung Jawa sebagai Kawasan Pertanian Nanas Terintegrasi,” kata Samsul.

Bawa Cuan

Kini lahan gambut yang dulunya rawan terbakar tersebut memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat baik dari hasil pertanian Nanas, maupun beragam produk olahan Nanas yang dibuat ibu rumah tangga.

Baca juga: Peternak Ayam: Pak Jokowi, Kalau Begini Terus Nangis, Bangkrut Kita

Samsul mengatakan, pada tahun 2020 pendapatan dari hasil lahan pertanian mencapai Rp 257 juta.

“Yang tidak kalah pentingnya dampak bagi lingkungan, karena kami bisa menghirup udara segar tanpa ada ancaman kebakaran yang acap kali membuat dada kami sesak,” ucapnnya.

Meski begitu, warga tetap rutin mengontrol lahan gambut agar tidak terbakar. Warga yang sebagian berprofesi sebagai Masyarakat Peduli Api (MPA) melakukan patroli secara berkala, dan segera memadamkan api jika ada api yang muncul.

Saat mengunjungi Kawasan Pertanian Nanas Terintegrasi tersebut, VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita mengapresiasi warga Sungai Pakning dalam mengatasi dampak kebakaran lahan.

"Bahkan pengembangan lahan gambut direplikasi ke wilayah terdekat serta dikembangkan dengan tanaman lain seperti serai," kata dia.

Area Manager Communication, Relations & CSR RU wilayah Dumai PT. Pertamina Kilang Internasional Imam Rismanto mengatakan, Kawasan Pertanian Nanas Terintegrasi merupakan salah satu dari Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dirangkum dalam klaster Kampung Gambut Berdikari.

Iman berharap, program tersebut bisa bermanfaatnya bagi masyarakat baik dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan.

Baca juga: Geliat Bisnis Bertahan di Masa Pandemi dan Semangat Mendorong Ekonomi Lokal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com