Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Sarang Walet Siap Jadi Komoditas Unggulan di Kalbar, Kementan Beri Dukungan Penuh

Kompas.com - 12/09/2021, 17:16 WIB
Yussy Maulia Prasetyani,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melanjutkan kunjungan kerjanya di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Dalam kunjungannya, ia bersama Gubernur Kalbar Sutarmidji meninjau salah satu tempat pengolahan sarang burung walet.

"Sore ini Pak Gubernur (Kalbar) dengan unit kerja yang ada di sini menunjukkan kepada saya bagaimana processing rumah walet. Rumah processing walet yang ada untuk menampung semua hasil rumah walet yang tersebar di Kalbar yang begitu banyak," ujar Syahrul dalam keterangan resmi, Minggu (12/8/2021).

Untuk diketahui, sarang burung walet (SBW) adalah salah satu komoditas ekspor unggulan dari subsektor peternakan yang terus bertumbuh setiap tahun.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2016, nilai ekspor SBW Indonesia terus bertumbuh hingga mencapai 540 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada 2020. Adapun negara tujuan ekspor utama adalah Tiongkok sebanyak 78 persen.

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Kementan Bantu Penuhi Kapasitas Pupuk Kaltim

Syahrul pun berharap, pengembangan SBW sebagai komoditas unggulan di Kalbar bisa dilakukan dengan maksimal melalui kolaborasi antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar.

"Komoditas sarang burung walet yang Bapak Presiden dorong untuk kami jadikan komoditi andalan baru di Kalbar (diharapkan) bisa maksimal. Terlebih, di sini terlihat bahwa anak-anak muda turut mengambil peranan," kata Syahrul.

Syahrul menambahkan, saat ini Kementan mendukung dan mempersiapkan berbagai program untuk memajukan produksi SBW yang unggul di Kalbar.

Adapun program tersebut diawali dengan perencanaan antara Kementan dan pemerintah daerah setempat, penyediaan lahan dari untuk pengembangan varietas, budidaya, dan percepatan lahan, serta pengembangan komoditas di masing-masing kabupaten.

Baca juga: Tahun Depan, Kementan Bakal Bangun Kampung Hortikultura

"Tentunya komoditas terkait ekspor juga akan kami bicarakan," sambung Syahrul.

Peninjauan proses pengolahan sarang burung walet yang dilakukan Mentan Syahrul bersama gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji.Dok. Kementerian Pertanian Peninjauan proses pengolahan sarang burung walet yang dilakukan Mentan Syahrul bersama gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji.

Di samping itu, owner PT Borneo Walet Lestari Gulam Mohamad mengatakan, beberapa negara telah melakukan negoisasi untuk ekspor SBW dari Indonesia. Bahkan, Taiwan sudah melakukan pemesanan.

"Sejak didirikan pada 2019, perusahaan (kami) terus meningkatkan kapasitas produksi dari tahun ke tahun. Selain itu, perusahaan juga terus meningkatkan kualitas agar memenuhi kualifikasi produk ekspor SBW sesuai arahan dari Kementan," papar Gulam.

Selain pengembangan SBW, Kementan dan Pemprov Kalbar juga melakukan berbagai upaya koordinasi untuk mendukung ketahanan dalam negeri, khususnya di Kalbar.

Baca juga: Kementan Targetkan Bangun 1.000 Jalan Usaha Tani Agar Alsintan Dapat Beroperasi

Salah satunya dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang sudah eksis. Selain itu, Mentan Syahrul juga mendorong munculnya komoditas andalan baru yang mampu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian.

"Saya bersama Pak Gubernur sepakat untuk mencoba mengoptimalkan semua lahan-lahan eksisting untuk ketahanan pangan dan Pak Gubernur tahun ini sudah mampu mendorong upaya maksimal, sehingga katakanlah ketahanan pangan di Kalimantan Barat ini bisa berjalan dengan baik," jelas Syahrul.

Tidak sampai di situ, Syahrul mengungkapkan, upaya itu akan terus dilanjutkan dengan mengakselerasi potensi-potensi lain di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, hingga hortikultura.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com