Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Sejarah Ikan Asin di Indonesia, Komoditas di Pasar Mataram Kuno

Kompas.com - 13/09/2021, 12:58 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyakarat Indonesia di berbagai daerah sudah sangat akrab dengan ikan asin. Olahan ikan yang satu ini biasanya disantap dengan menu makanan lainnya, mulai dari nasi dan sambal terasi, tahu dan tempe, tumis kangkung, hingga sayur asem. 

Soal jenisnya, jangan ditanya, banyak. Mulai ikan asin jambal, ikan asin peda, ikan asin teri, ikan asin tenggiri, ikan asin cucut, ikan asing layang, dan masih banyak lagi.

Memang tak semua orang suka ikan asin, sebab tak semua orang suka makanan yang terlalu asin. Selain itu, ikan asin juga masih kerap mendapat stigma tak berkelas, atau makanan masyarakat kelas bawah.

Baca juga: Komnas Kajiskan: Penangkapan Ikan Kerapu Sudah Berlebihan

Namun di luar itu semua, faktanya kegemaran masyarakat Indonesia menyantap ikan asin sudah berlangsung lama. Bahkan, orang-orang Nusantara, terutama di Jawa, sudah mengenal ikan asin pada masa Mataram Kuno, sekitar abad ke-8 Masehi.

Titi Surti Nastiti, seorang Arkeolog Indonesia, mengungkap banyak hal terkait aktivitas ekonomi dan sosial masyakarat Mataram Kuno lewat bukunya yang berjudul "Pasar di Jawa: Masa Mataram Kuno Abad VIII-XI Masehi".

Buku Pasar di Jawa Masa: Mataram Kuno Abad VIII-XI MasehiKOMPAS.com/ Yoga Sukmana Buku Pasar di Jawa Masa: Mataram Kuno Abad VIII-XI Masehi

Titi mengungkapkan berbagai hal terkait aktivitas masyarakat di pasar pada masa Mataram Kuno. Diantaranya terkait komoditas yang diperdagangkan di pasar, salah satunya yaitu ikan asin.

Saat itu, masyarakat Mataram Kuno sudah menjadikan ikan asin menjadi salah satu komoditas yang kerap diperdagangkan di pasar-pasar di Jawa.

"Jenis ikan yang diasinkan atau dendeng ikan, terutama jenis-jenis ikan laut seperti ikan kembung, ikan kakap, ikan tenggiri," tulis Titi merujuk kepada isi Prasasti Pangumulan A yang berangka tahun 824 saka atau 902 Masehi.

Baca juga: Daftar Harga Ikan Arwana Berbagai Jenis, Mana Paling Mahal?

Dalam bukunya Titi mengungkapkan, istilah ikan asin yang dikeringkan disebut grih atau dendain. Istilah itu terdapat dalam Prasasti Pangumulan A.

Sementara saat ini dalam bahasa Jawa, ikan asin disebut gereh sedangkan ikan yang dikeringkan disebut dendeng.

Istilah grih atau dendain juga ditemukan di Prasasti Rukam tahun 829 saka atau 907 Masehi. Prasasti tersebut mengungkapkan bahwa grih atau dendain digunakan sebagai hidangan yang disajikan dalam upacara penetapan sima (tanah suci).

Berdasarkan bukti sejarah itu, Titi mengungkapkan bahwa ikan asin tak hanya jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari, namun juga jadi hidangan yang disajikan dalam upacara-upacara besar pada masa Mataram Kuno.

Kini, ikan asin masih eksis di tengah masyakarat Indonesia. Tak hanya di desa, ikan asin juga masih mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, atau warung-warung sayur di kota besa.

Terlepas dari stigma tak berkelasnya, ikan asin tetap jadi bagian perjalan dari masyakarat membangun ekonominya.

Baca juga: Ini Alat Tangkap Ikan yang Dilarang dan Boleh Digunakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com