JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kondisi pandemi yang sekaligus menyebabkan krisis ekonomi, Anda perlu melakukan beragam pertimbangan sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk resign.
Banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) satu tahun ke belakang akibat krisis pandemi ini.
Dengan demikian, Anda harus benar-benar memikirkan secara matang penyebab resign sebelum keputusan tersebut diambil.
Baca juga: Simak, Contoh Surat Pengunduran Diri dan Tips Mengajukan Resign
Jadi sebenarnya, kapan waktu untuk resign yang tepat?
"Banyak dari kita yang memiliki hari-hari buruk, tidak menyukai pekerjaan, dan terkadang mengalami frustasi karena perilaku manajer atau rekan kerja. Namun itu tidak berarti Anda harus resign, sebab resign adalah pertanyaan lain," ujar kontributor Harvard Business Review Amy Gallo seperti dilansir dari CNN Business, Rabu (15/9/2021).
Salah satu cara untuk mempelajari tanda-tanda resign yakni seberapa lama Anda telah menghadapi masalah yang berkaitan dengan bekerjaan, selain itu juga mengidentifikasi ketidakpuasan terhadap apa yang Anda capai selama bekerja.
Hal itu bisa membantu Anda untuk mengambil keputusan untuk menetap, atau ternyata memang sudah harus melepaskan diri dari tempat bekerja tersebut.
Selain itu, jangan sampai kehilangan gambaran besar dari situasi yang sedang terjadi.
"Di situasi pandemi, semua hal terasa begitu intens. Hampir semua dari kita mengalami burn out (kelelahan dalam bekerja). Dan kita pasti memiliki penyebab stres di hidup kita," ujar Gallo.
Baca juga: Mau Resign? Ini Contoh Surat Pengunduran Diri yang Baik dan Benar
"Mungkinkah hal itu mempengaruhi persepsi dalam bekerja Anda?," kata dia.
Setelah Anda membuat daftar beberapa penyebab resign, Anda juga harus mencari tahu apakah masalah tersebut bisa diselesaikan.
Bila tidak, mungkin Anda memang telah menemukan kapan waktu untuk resign yang tepat dan mencari pekerjaan baru.
Berikutnya, ini adalah daftar 6 tanda-tanda resign yang harus Anda tahu:
Sulit merasa termotivasi dan produktif bekerja ketika Anda merasa tidak ada ruang untuk menjadi lebih baik.
Perasaan tidak bisa maju ini berbeda-beda tergantung pada setiap individu. Misalnya saja, ada beberapa pihak yang merasa kemajuan terlihat dari pormosi dan kenaikan gaji, penugasan yang tidak menarik, atau kurangnya kesempatan untuk belajar hal baru.