Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Ditutup Melemah, Asing Jual BBNI, EXCL, dan ITMG

Kompas.com - 15/09/2021, 15:53 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (15/9/2021). Berbeda dengan rupiah di akhir perdagangan pasar spot yang ditutup menguat.

Melansir data RTI, IHSG ditutup pada level 6.110,22 atau turun 18,86 poin (0,31 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level 6.129,09. Tercatat aksi jual bersih asing Rp 268,25 miliar di pasar reguler dan pasar negosiasi.

Sebanyak 256 saham melaju di zona hijau dan 255 saham di zona merah. Sedangkan 149 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 11,56 triliun dengan volume 26 miliar saham.

Baca juga: IHSG Melemah pada Penutupan Sesi I Perdagangan, Asing Lepas BBRI, BBCA, dan BBNI

Asing catatkan aksi jual bersih tertinggi pada saham Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar Rp 40,9 miliar. BBNI ditutup melemah di level Rp 5.350 per saham, dengan volume transaksi 16,4 juta saham dan total transaksi Rp 87,3 miliar.

Menyusul, saham XL Axiata (EXCL) yang juga mencatatkan net sell tertinggi setelah BBNI sebesar Rp 30,1 miliar. Sepanjang hari ini EXCL mencatat total transaksi sebesar Rp 129,7 miliar dengan volume 43,3 juta saham. EXCL sore ini menguat 1,69 persen di level Rp 3.000 per saham.

Saham Indo Tambangraya megah (ITMG) juga mencatatkan net sell tertinggi setelah BBNI dan EXCL, senilai Rp 18,2 miliar. ITMG sore ini menguat 1,27 persen di level Rp 18.000 per saham dengan total transaksi sebesar Rp 129,4 miliar dengan volume 7,1 juta saham.

Sementara saham Bukalapak (BUKA) dan Bank Mandiri (BMRI) sore ini masih mencatatkan aksi beli bersih tertinggi masing-masing Rp 117,6 miliar dan Rp 117,4 miliar.

BUKA ditutup menguat 1,75 persen di level Rp 870 per saham, dan BMRI bertambah 0,41 persen di level Rp 6.125 per saham.

Baca juga: Holding Ultramikro Terbentuk, Pemerintah Alihkan Saham Pegadaian dan PNM ke BRI

Top losers sore ini antara lain saham Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) yang anjlok 4,4 persen di level Rp 7.525 per saham. Selanjutnya, saham Bank Neo Commerce (BBYB) juga terperosok 3,32 persen di level Rp 1.445 per saham. Kemudian, saham Astra International (ASII) yang terkoreksi 2,26 persen di level Rp 5.400 per saham.

Top gainers sore ini, antara lain saham Matahari Putra Prima (MPPA) yang meroket 7,8 persen di level Rp 1.035 per saham. Kemudian, Wijaya Karya (WIKA) yang melesat 7,25 persen di level Rp 1.110 per saham, dan saham Bukit Asam (PTBA) yang menguat 1,69 persen di level 2.410 per saham.

Indeks Asia sore ini negatif, dengan penurunan indeks Nikkei 0,52 persen, Strait Times 0,7 persen, indeks Shanghai Komposit 0,17 persen, dan Hang Seng Hong Kong 1,21 persen.

Sementara bursa saham Eropa sore ini menghijau, dengan kenaikan indeks Xetra Dax 0,01 persen, dan FTSE 0,04 persen.

Pada penutupan perdagangan di pasar spot, mata uang garuda ditutup menguat tipis 0,04 persen (5 poin) di level Rp 14.242 per dollar AS, atau naik dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 14.247 per dollar AS.

Baca juga: Pilih-pilih Saham Bank Digital

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com