Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdorong Holding Ultramikro, Saham BBRI Bisa Cetak Rekor Tertinggi

Kompas.com - 15/09/2021, 16:03 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

Edhi mengatakan, investor pun akan mendapat untung lebih besar lagi jika berkomitmen untuk periode yang lebih panjang.

"Menebus HMETD berpotensi memberikan return hingga 32 persen pada harga maksimal Rp 5.025 atau 2,5 kali harga buku dalam 12 bulan investasi," ujarnya.

Penggunaan Dana Rights Issue BRI

Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari mengungkapkan sekitar 60-70 persen dana hasil rights issue untuk modal kerja holding UMi bersama Pegadaian dan PNM.

Adapun sisanya untuk modal kerja bisnis mikro dan kecil. Seperti diketahui, dalam prospektus yang diterbitkan Selasa (31/8/2021), manajemen BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I.

Harga pelaksanaan rights issue BBRI Rp 3.400 per lembar saham. Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021.

Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam Pegadaian PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.

Baca juga: Jokowi Minta Persyaratan KUR Dipermudah, Ini Kata BRI

Nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng serta eksekusi hak Pemegang Saham Publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 95,92 triliun.

Dari total dana tersebut, nilai inbreng sebesar Rp 54,77 triliun dan sisanya Rp41,15 triliun apabila seluruh pemegang saham publik mengeksekusi haknya sesuai porsi masing-masing.

Di sisi lain, Edhi pun angkat bicara terkait masalah terjadinya hang pada sistem The Central Depository and Book Entry Settlement System(C-BEST) yang berfungsi untuk mengeluarkan efek atau dana dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada Senin (13/9).

Dia menyebut gangguan hang terjadi karena banyaknya transaksi dan settlement di pasar modal Indonesia. Salah satunya bisa jadi karena transaksi saham BBRI yang sangat likuid. “Iya karena misalnya, misalnya ya. Waktu tebus rights (BBRI),” ujarnya.

Karena itu, kata dia, KSEI disarankan sudah harus meningkatkan sistem teknologi yang dimilikinya. Seperti teknologi yang lebih canggih misalnya menggunakan sistem blockchain. Karena ke depan transaksi akan semakin banyak secara frekuensi dan volume. Dia memperkirakan bulan depan transaksinya akan lebih besar lagi. Karena selain BRI ada pula sekitar 50-an perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi yang sama. (Selvi Mayasari)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Terdorong holding ultra mikro, saham BBRI bisa cetak rekor tertinggi


Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com