Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Kali Jadi Presiden, Jokowi Janjikan Swasembada Jagung, Realisasinya?

Kompas.com - 16/09/2021, 06:15 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, viral seorang peternak yang tampak diamankan aparat dari Polresta Blitar. Ia digiring ke mobil polisi setelah membentangkan poster permintaan tolong ke Presiden Jokowi yang berkunjung ke Blitar, Jawa Timur. 

Isi pesan yang disampaikan peternak adalah sulitnya mendapatkan jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ayam petelur.

Jagung diketahui sulit didapat sejak beberapa bulan terakhir. Kalau pun ada, harganya pun mahal. Harga normal jagung adalah kisaran Rp 4.000-4.500 per kg, sementara saat ini bisa mencapai Rp 6.000/kg, bahkan lebih mahal di beberapa daerah.

Hal ini membuat banyak peternak di sentra-sentra produsen telur ayam merugi. Belakangan, sang peternak yang membentangkan poster diundang ke Istana Negara bersama dengan perwakilan peternak ayam lainnya.

Baca juga: Mengingat Lagi Janji Jokowi Tolak Impor Beras Saat Pilpres

Undangan tersebut guna membicarakan terkait persoalan anjloknya harga telur ayam dan naiknya harga jagung yang menjadi pakan.

Janji Jokowi di 2014

Menilik ke belakang, jagung sendiri sebenarnya merupakan satu dari tiga komoditas utama yang produksinya bisa swasembada selain padi dan kedelai. Bahkan menurut Jokowi, swasembada cukup dengan waktu 3 tahun sejak awal periode pemerintahan pertamanya di tahun 2014.

Pemerintah periode Jokowi-JK telah menargetkan Indonesia bisa swasembada pangan khususnya untuk 3 jenis produk pertanian meliputi padi, jagung, dan kedelai (pajale) dalam 3 tahun. Dari ketiga makanan pokok tersebut, swasembada kedelai adalah yang tersulit dari sisi besarnya ketergantungan impor. Sehingga jagung dan beras bisa diprioritaskan lebih dulu. 

Mengutip pemberitaan Kompas.com, 9 Desember 2014, Presiden Jokowi bahkan mengklaim tak segan-segan memecat Menteri Pertanian jika target tersebut tak bisa direalisasikan.

Baca juga: Apa Kabar Janji Jokowi Turunkan Harga Daging Sapi Jadi Rp 80.000 Per Kg?

"Saya sudah beri target Menteri Pertanian tiga tahun, tidak boleh lebih. Hati-hati, tiga tahun belum swasembada, saya ganti menterinya," kata Presiden Jokowi kala itu.

Saat target tersebut dicanangkan, Menteri Pertanian adalah Amran Sulaiman. Kini estafet posisi Menteri Pertanian dijabat oleh Syahrul Yasin Limpo. 

Menurut Jokowi, terget swasembada pangan itu khususnya mencakup komoditas beras, gula, jagung, dan kedelai. Target itu, minimal, secara khusus dikonsentrasikan di 11 provinsi.

Untuk mendukung tercapainya swasembada pangan, ia juga menargetkan pembangunan 30 bendungan untuk memaksimalkan penyediaan irigasi lahan pertanian. Pendanaannya diperkirakan akan menghabiskan Rp 24 triliun, yang akan diambil dari pengalihan subsidi BBM bersubsidi.

Baca juga: Masih Ingat Janji Jokowi Bangun 5 Kilang Minyak?

"Jika dengan bendungan itu swesembada terwujud, maka bisa memperkuat sektor ekspor (pertanian)," kata dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menegaskan, dirinya sangat tidak sepakat dengan impor pangan. Impor berlebihan terhadap berbagai komoditas pangan, kata dia, juga perlu dihindari sebab akan membuat petani merugi karena harga jual hasil pertanian akan turun drastis.

Selain menyaingi harga hasil pertanian petani lokal, ia menilai bahwa pengimporan juga justru kerap ditunggangi kepentingan oknum tertentu.

"Semua masih seneng impor karena banyak yang mengambil rente di sini (impor)," kata dia.

"Kita harus berani stop impor pangan, stop impor beras, stop impor daging, stop impor kedelai, stop impor sayur, stop impor buah, stop impor ikan. Kita ini semuanya punya kok," kata Jokowi saat berkampanye Pilpres 2014 di Gedung Pertemuan Assakinah, Cianjur, Jawa Barat, seperti diberitakan Kompas.com pada 2 Juli 2014.

Baca juga: Janji Swasembada Daging Sapi 2 Periode Jokowi Ditagih

Sementara itu dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian, kebijakan pangan di era Jokowi-JK sudah tertuang dalam Nawacita menjadi landasan program kerja pemerintah yaitu mencapai swasembada pangan dalam rangka ketahanan pangan nasional.

Di periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, Kementerian Pertanian mencanangkan Upaya Khusus (Upsus) melalui peningkatan produksi dengan tiga komoditi pangan utama yang dijadikan target awal yaitu padi, jagung dan kedelai (pajale)

Presiden Jokowi menegaskan ada tiga hal yang harus digarisbawahi yaitu pangan yang cukup untuk masyarakat, menurunkan angka kemiskinan dan mensejahterakan petani. Ketiga tujuan ini sebagai landasan dalam menjalankan kebijakan pangan pemerintahannya.

Pertama, tahun 2016 ditargetkan swasembada padi, bawang merah dan cabai. Kedua, tahun 2017 ditargetkan swasembada jagung. Ketiga, tahun 2019 ditargetkan swasembada gula konsumsi.

Baca juga: Janji Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Meroket 7 Persen dan Realisasinya pada 2015-2020

Keempat, ditargetkan swasembada kedelai dan bawang putih tahun 2020. Kelima, tahun 2024 ditargetkan swasembada gula industri.

Keenam, tahun 2026 ditargetkan swasembada daging sapi. Ketujuh, di tahun 2045 Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. 

Pilpres 2019

Meski target swasembada dan stabilnya pasokan jagung meleset di akhir periode pertama masa jabatannya sebagai Presiden RI, Jokowi kembali menjanjikan ketersediaan jagung bisa stabil di Pilpres 2019.

Jokowi yang saat itu menjadi calon presiden nomor urut 01 mengatakan bahwa jika terpilih nanti ingin terus menjaga kesediaan dan stabilitas harga pangan jika terpilih kembali.

Baca juga: Belum Bisa Swasembada, Peternak Lokal Didorong Penggemukan Sapi Australia

"Kita ingin ketersediaan pangan, stok, dan stabilitas harga harus terus kita jaga," tutur Jokowi saat debat kedua Pilpres di Hotel Sultan, Jakarta, seperti dikutip dari Kompas.com 17 Februari 2019.

Kemudian, Jokowi pun mengucapkan terima kasih kepada petani jagung karena bisa meningkatkan produksi. Dan ini bisa menekan impor. Ia mengungkapkan data pada 2014, Indonesia mengimpor 3,5 juta ton jagung.

Akibat produksi yang meningkat, jumlah impor tersebut menurun drastis menjadi 180.000 ton jagung.

"Saya sampaikan terima kasih pada petani jagung. Pada 2014, kita impor 3,5 juta ton jagung. Pada, 2018 hanya impor 180.000 ton jagung, artinya ada produksi 3,3 juta ton," terangnya.

Namun meskipun Jokowi mengklaim ada kenaikan produksi jagung, sepanjang periode pertamanya, polemik soal kelangkaan jagung masih menghiasi pemberitaan nasional. 

Baca juga: Turunkan Harga Gas: Janji Jokowi yang Belum Terealisasi Sejak 2016

Peternak menderita

Salah seorang peternak ayam petelur asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Muhammad Irham Faro, mengatakan saat ini kondisi peternak ayam layer tengah kondisi sekarat.

Harga telur ayam yang anjlok gila-gilaan membuat banyak peternak merugi. Di beberapa daerah, sudah banyak peternak memutuskan untuk berhenti sementara beternak karena biaya produksi yang tinggi.

"Ini terparah. Mau nangis mas. Aku jual ke sales (pengepul) saja Rp 16.500/kg. Kirim ke grosir masih dapat Rp 17.500/kg," ungkap Faro dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (9/9/2021).

Menurut dia, di beberapa sentra penghasil telur ayam, harganya bahkan di bawah Rp 16.000/kg. Di Blitar contohnya, harga telur per kg hanya dibanderol Rp 14.500/kg beberapa hari lalu. Jauh dari harga pokok produksi (HPP) yang berada di kisaran Rp 18.000-19.000/kg.

Baca juga: Peternak Ayam: Pak Jokowi, Kalau Begini Terus Nangis, Bangkrut Kita

"Masih mending saya, tapi ya enggak ada untung. Cuma buat beli pakan saja," kata peternak muda yang menggeluti budidaya ayam petelur selepas lulus kuliah ini.

Tak punya pilihan

Peternak sendiri tak punya pilihan lain selain harus menjual telurnya dengan harga murah ke pengepul. Jika tak segera dijual, peternak bakal kesulitan membeli kebutuhan pakan ayam.

Harga pakan ayam sendiri sudah mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Kenaikan pakan ini tak diimbangi dengan harga telur yang justru terjerembab.

Harga jual telur itu lebih rendah dibandingkan harga acuan yang ditetapkan pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, harga acuan pembelian telur di tingkat peternak ditetapkan Rp 19.000-Rp 21.000 per kg.

Di sisi lain, harga pakan unggas naik 15 persen sehingga berdampak pada kenaikan ongkos produksi. Kenaikan pakan terutama dipicu oleh naiknya harga bungkil kedelai seiring dengan kenaikan harga kedelai di pasar global.

Baca juga: Janji Jokowi Bawa RI Swasembada Kedelai dalam 3 Tahun dan Realisasinya

Saat harga telur tengah anjlok, lanjut Faro, peternak ayam semakin babak belur dengan harga pakan yang melambung tinggi.

Selama ini, banyak peternak layer yang mengandalkan pakan racikan sendiri dengan bahan utama jagung. Namun harga jagung saat ini tengah melambung, pasokannya pun susah didapat.

Setali tiga uang, peternak yang mengandalkan pakan jadi dari pabrikan juga harus menderita karena harganya yang terus naik.

Sambung Faro, selain harga pakan tinggi, harga anakan ayam (DOC) juga mengalami kenaikan sejak beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Kartu Pra Kerja, Janji Kampanye Jokowi yang Dikebut Demi Lawan Corona

Ia berharap, pemerintah bisa memerhatikan dan membantu peternak kecil. Mengingat sektor peternakan ayam selama ini jadi salah satu usaha kecil yang menggerakkan ekonomi di pedesaan, terlebih di masa pandemi Covid-19.

"Pak Jokowi, kalau begini terus nangis, bangkrut kita peternak," ucap Faro.

Dia berharap pemerintah mengatur soal tata niaga telur ayam, mengatur harga dan pasokan pakan ayam tetap stabil, termasuk mengatur harga DOC yang selama ini dikuasai perusahaan-perusahaan integrator besar.

Jika kondisi sulit terus dibiarkan, peternak ayam petelur akan bernasib sama dengan peternak ayam broiler mandiri atau peternak rakyat yang selama beberapa tahun terakhir banyak yang gulung tikar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com