Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Potensi Cuan Bisnis E-Wallet bagi Pemodal Besar

Kompas.com - 17/09/2021, 19:49 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comE-wallet atau dompet digital memang salah satu daya tarik dalam mempermudah transaksi.

Melalui transaksi e-wallet, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh pengguna, tidak hanya sekedar pembayaran saja, namun juga ada tawaran promo, diskon dan cashback di beberapa merchant.

Hal ini lantas menjadi peluang bagi beberapa perusahaan untuk mengembangkan kemudahan dalam jaringan ekosistemnya.

Beberapa perusahaan besar yang mengembangkan bisnis financial technologi (fintech) seperti dari Grup Astra, Emtek, Salim Group, Djarum Group, dan Lipoop.

Baca juga: Startup Isurtech Ini Dapat Pendanaan dari eWTP Fund hingga Saratoga

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan, banyaknya perusahaan besar yang masuk dalam bisnis e-wallet ini lantaran melihat peluang yang begitu besar untuk bertumbuh di masa depan.

Di sisi lain, pertumbuhan e-wallet di masa pandemic Covid-19 terus menunjukkan hal yang positif, yang menggambarkan potensi ke depannya dengan growth yang cukup besar.

Pandemi juga berperan menumbuhkan sektor fintech, dimana banyak masyarakat yang membutuhkan jenis transaksi yang mudah dan efisien di tengah keterbatasan saat ini.

“Prospek ke depan sepertinya masih positif, walaupun persaingan cukup ketat. Karena dalam konteks ini banyak pemain-pemain lama penyedia layanan e-wallet. Di sisi lain, pertumbuhan industry ini didorong oleh trend kelas menengah yang didominasi milenial, yang umumnya juga merupakan pengguna e-wallet,” jelas Eko kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).

Eko juga mengatakan, bagi milenial kelas menengah yang hidup di perkotaan, menggunakan e-wallet adalah hal yang menjdi tren. Sehingga masih ada peluang bagi e-wallet untuk tumbuh dan dikembangkan dengan kelebihan masing-masing.

“Ada beberapa yang membentuk ekosistem seperti Shopee Pay, atau di luar itu ada Gojek, melalui GoPay yang tergabung dalam ekosistem Gojek,” jelas dia.

Namun demikian, kehadiran e-wallet tidak mampu menggantikan uang konvensional atau uang fisik yang umum digunakan untuk bertransaksi. Eko optimis pertumbuhan e-wallet akan positif didukung oleh antusias masyarakat yang tergiur dengan kemudahan dan kelebihan-kelebihan e-walet tersebut.

Bakar Duit

Eko juga menyoroti bentuk-bentuk pemanis yang ada dalam platform e-wallet, seperti diskon, promo, atau bahkan cashback. Namun, bagi perusahaan ini tentunya membutuhkan modal ekstra untuk bertahan diantara pemain lain yang juga memberiakn promo dan diskon sejenis.

“Kalau diperhatikan, memang bakar duit itu tidak terelakkan. Bisa dibilang mau tidak mau, karena memang banyak pesaingnya. Selain kemudahan, diskon juga banyak diincar oleh pasar yang kebanyakan adalah kelas menengah untuk melakukant ransaksi retail,” ujar dia.

Sementara itu, untuk menghindari persaingan ini tentunya tidak mudah. Pada akhirnya ini bisa terjadi jika hanya ada 1-2 pemain saja, pada titik itu para konglomaerat akan mengurangi aksi bakar duitnya dalam bentuk promo dan diskon.

Eko menjelaskan, meskipun memiliki prospek yang cerah, namun bisnis e-wallet terlalu berisiko mengingat harus ditopang oleh permodalan yang kuat juga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com