Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Besar Merger Pelindo

Kompas.com - 20/09/2021, 06:40 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pemerintah untuk menggabungkan atau merger empat BUMN pelabuhan, yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo I, II, III, dan IV menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) akan segera terwujud. Sesuai dengan rencana awal, merger akan dilakukan pada 1 Oktober 2021.

Aksi korporasi perusahaan pelabuhan pelat merah itu merupakan salah satu strategi pemerintah untuk menekan biaya logistik nasional. Sehingga, harapannya iklim investasi dalam negeri dapat tumbuh lebih cepat.

Wacana integrasi empat BUMN operator pelabuhan itu sebenarnya sudah lama dibahas oleh pemerintah. Tercatat pada 2015, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung reformasi ekosistem logistik nasional, salah satunya melalui integrasi pelabuhan.

Baca juga: Merger Pelindo Jadi Strategi Tekan Biaya Logistik yang Mencekik

Tingginya biaya logistik menjadi salah satu alasan wacana tersebut telah lama dibahas oleh berbagai pihak terkait. Berdasarkan data Kementerian Keuangan tahun 2019, biaya logistik di Indonesia masih tergolong mahal yaitu mencapai 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding negara tetangga atau negara raksasa lain, yakni, Singapura (8 persen PDB), Amerika Serikat (8 persen PDB), Uni Eropa (9 persen PDB), Jepang (9 persen PDB), Korea Selatan (9 persen PDB), India (13 persen PDB), Malaysia (13 persen PDB), dan China (15 persen PDB).

Biaya logistik RI yang masih terbilang mahal ini menjadi salah satu alasan investor enggan untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.

Oleh karenanya, pemerintah terus melakukan pembahasan terkait integrasi keempat perusahaan pelabuhan milik negara.

Integrasi diharap bisa ciptakan efisiensi

Setelah melalui pembahasan panjang, rencana merger empat BUMN pelabuhan bakal segera terwujud. Keempat perusahaan sepakat untuk melakukan merger, dimana Pelindo II akan bertindak sebagai perusahaan penerima penggabungan.

Merger tersebut diharapkan dapat mengatasi berbagai kekurangan yang dihadapi ketika BUMN pelabuhan beroperasi secara terpisah, seperti pelabuhan nasional yang kurang terkoordinasi, operasi yang kurang efisien dan tidak terstandar, capital expenditure (capex) yang tidak optimal dan finansial yang terbatas, program pengembangan SDM yang terlalu beragam, dan sistem TI yang bervariasi sehingga terjadi tumpang tindih.

Direktur Utama Pelindo IV Prasetyadi mengatakan, penggabungan keempat perusahaan pelat merah itu akan mampu menciptakan efisiensi operasional, melalui standarisasi proses bisnis dan pelayanan di pelabuhan. Hal ini diporoyeksi dapat meningkatkan produktivitas di kawasan pelabuhan.

Merger diproyeksi dapat menekan biaya logistik secara bertahap. Targetnya, biaya logistik di pelabuhan dapat turun sekitar 1,6 persen pada 2025

"Situasi ini secara bertahap akan berdampak terhadap penurunan harga barang yang diangkut," ujar dia dalam sebuah diskusi, dikutip Senin (20/9/2021).

Prasetyadi menjelaskan, tingginya biaya logistik saat ini disebabkan oleh operasional dan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal. Oleh karenanya, integrasi pelayanan dari keempat perusahaan pelabuhan milik pemerintah ditargetkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.

"Pemerintah akan melakukan integrasi Pelindo untuk meningkatkan konektivitas nasional dan standarisasi pelayanan pelabuhan, layanan logistik yang terintegrasi, serta meningkatkan skala usaha dan penciptaan nilai BUMN Layanan Pelabuhan melalui keunggulan operasional serta komersial dan keuangan," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

Work Smart
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com