Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Peternak Ayam Tagih Janji Jokowi soal Swasembada Jagung

Kompas.com - 20/09/2021, 23:08 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Banyak peternak gulung tikar

Dilansir dari Antara, peternak ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengeluhkan harga telur ayam yang semakin turun menjadi hanya Rp 13.800 per kilogram, sebab tidak sesuai dengan biaya perawatan.

"Hari ini harga telur ayam Rp 13.800 per kilogram dari kandang. Kemarin Rp 14.200 per kilogram," kata Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar, Sukarman saat dikonfirmasi di Blitar, Senin.

Ia mengatakan, turunnya harga telur ayam ini sudah terjadi sejak awal pandemi Covid-19. Kebijakan PPKM juga membuat harga telur ayam semakin turun. Produksi telur ayam tetap, sedangkan barang tidak bisa leluasa dikirim ke luar kota.

Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur ayam dari sentra peternakan ayam yang cukup besar. Telur-telur ini selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dikirim hingga berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Bahkan, telur ayam asal Blitar juga sebagai salah satu penyokong kebutuhan telur nasional.

Baca juga: Telur Infertil Layak Konsumsi, Tapi Cepat Membusuk

Sebelum pandemi Covid-19, per hari pengiriman bisa hingga mencapai 450 ton. Namun, saat ini karena ada PPKM jumlah pengiriman itu pun menurun drastis.

Misalnya di Jakarta, program pangan murah dihentikan sementara, sehingga permintaan telur pun turun.

"Jadi, garis besarnya ada pandemi sehingga lalu lintas manusia dikurangi. Ini akhirnya menjadikan harga telur turun, padahal produksi tetap. Pakan bahan bakunya impor, selama pandemi juga naik. Dengan demikian, ternak alami kesulitan, ditambah PPKM beberapa bulan terakhir itu lebih parah lagi," kata dia.

Selain harga telur yang terus mengalami penurunan, harga pakan juga masih mahal, sekitar Rp 6.600 per kilogram untuk pakan jadi. Sedangkan untuk jagung Rp 6.000 per kilogram. Padahal, harga jagung sesuai peraturan Kementerian Perdagangan seharusnya Rp 4.500 per kilogram.

Baca juga: Waspada Telur Ayam Infertil yang Cepat Busuk, Ini Cara Membedakannya

Menurut dia, HPP telur idealnya adalah Rp 20.500 per kilogram. Namun, karena harga saat ini sekitar Rp 14 ribu per kilogram dari kandang, otomatis peternak mengalami kerugian sekitar Rp 6.500 per kilogram.

Ia juga menambahkan, saat ini banyak peternak yang gulung tikar. Dari sekitar 4.500 peternak di Kabupaten Blitar, ada sekitar 20 persen yang gulung tikar.

Janji Jokowi di 2014

Menilik ke belakang, jagung sendiri sebenarnya merupakan satu dari tiga komoditas utama yang produksinya bisa swasembada selain padi dan kedelai. Bahkan menurut Jokowi, swasembada cukup dengan waktu 3 tahun sejak awal periode pemerintahan pertamanya di tahun 2014.

Pemerintah periode Jokowi-JK telah menargetkan Indonesia bisa swasembada pangan khususnya untuk 3 jenis produk pertanian meliputi padi, jagung, dan kedelai (pajale) dalam 3 tahun. Dari ketiga makanan pokok tersebut, swasembada kedelai adalah yang tersulit dari sisi besarnya ketergantungan impor. Sehingga jagung dan beras bisa diprioritaskan lebih dulu.

Baca juga: 2 Kali Jadi Presiden, Jokowi Janjikan Swasembada Jagung, Realisasinya?

Mengutip pemberitaan Kompas.com, 9 Desember 2014, Presiden Jokowi bahkan mengklaim tak segan-segan memecat Menteri Pertanian jika target tersebut tak bisa direalisasikan.

"Saya sudah beri target Menteri Pertanian tiga tahun, tidak boleh lebih. Hati-hati, tiga tahun belum swasembada, saya ganti menterinya," kata Presiden Jokowi kala itu.

Saat target tersebut dicanangkan, Menteri Pertanian adalah Amran Sulaiman. Kini estafet posisi Menteri Pertanian dijabat oleh Syahrul Yasin Limpo.

Menurut Jokowi, terget swasembada pangan itu khususnya mencakup komoditas beras, gula, jagung, dan kedelai. Target itu, minimal, secara khusus dikonsentrasikan di 11 provinsi.

Untuk mendukung tercapainya swasembada pangan, ia juga menargetkan pembangunan 30 bendungan untuk memaksimalkan penyediaan irigasi lahan pertanian. Pendanaannya diperkirakan akan menghabiskan Rp 24 triliun, yang akan diambil dari pengalihan subsidi BBM bersubsidi.

Baca juga: Stafsus Sri Mulyani Beberkan Alasan Pemerintah Terus Menambah Utang

"Jika dengan bendungan itu swesembada terwujud, maka bisa memperkuat sektor ekspor (pertanian)," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com