JAKARTA, KOMPAS.com - Likuiditas adalah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan sebuah perusahaan.
Bila Anda kerap membaca artikel mengenai industri keuangan, atau kondisi perekonomian secara umum, pasti Anda familiar dengan istilah seperti 'likuiditas seret', 'kebanjiran likuiditas', dan istilah sejenis lain.
Jadi sebenarnya, apa itu likuiditas?
Dilansir dari Investopedia, likuiditas adalah kemudahan atau kelonggaran sebuah aset atau sekuritas bisa dikonversi atau ditukar menjadi uang tunai. Selain itu, likuiditas juga berkaitan mengenai pengaruh waktu konversi menjadi nilai tunai tersebut terhadap nilai pasar sebuah aset.
Baca juga: Alami Krisis Likuiditas, Evergrande Sampai Utang ke Karyawan
Bisa dikatakan, aset yang paling likuid sebenarnya adalah uang tunai itu sendiri.
Sehingga bisa dibilang, likuiditas menggambarkan sejauh mana suatu aset dapat dengan cepat dibeli atau dijual di pasar pada harga yang mencerminkan nilai intrinsiknya.
Uang tunai secara universal dianggap sebagai aset yang paling likuid karena dapat dengan cepat dan mudah diubah menjadi aset lain.
Di sisi lain, aset berwujud, misalnya real estate atau perumahan, produk seni, dan barang koleksi, seluruhnya relatif tidak likuid.
Contoh likuiditas misalnya, A menginginkan kulkas seharga Rp 2 juta, uang tunai adalah jenis aset yang paling mudah digunakan untuk mendapatkan kulkas tersebut.
Sementara, bila ia memiliki buku dengan nilai setara dengan Rp 2 juta, ia tidak bisa begitu saja membawa koleksi buku tersebut ke toko elektronik.
Sebagai gantinya, ia harus menjual terlebih dahulu buku koleksi tersebut untuk mendapatkan uang tunai dan membeli kulkas baru.
Bila ia bisa menjual dalam waktu cepat, ia adalah orang yang beruntung. Namun, bisa saja ia membutuhkan waktu lebih lama dan harus memasang diskon agar bukunya laku.
Hal itu menunjukkan, buku koleksi adalah aset tidak likuid.
Baca juga: Kewirausahaan adalah: Pengertian, Tujuan, dan Ciri-cirinya
Lalu, mengapa likuiditas menjadi penting bagi perusahaan?
Bila sebuah perusahaan tidak likuid, ia menjadi kesulitan untuk menjual atau mengubah aset yang mereka miliki menjadi uang tunai. Sementara, perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar karyawan, melakukan produksi, dan membayar utang.
Perusahaan yang tidak likuid bisa berisiko mengalami kebangkrutan.
Bila perusahaan memiliki aset likuid, maka dapat menutupi kewajiban jangka pendek mereka seperti utang atau penggajian.
Sehingga, mereka tidak harus berhadapan dengan kondisi krisis likuiditas yang berisiko pada kebangkrutan.
Baca juga: Pelaku Industri dan Buruh Kompak Tolak Kenaikan Cukai Rokok
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.