Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Jadi 4,8 Persen

Kompas.com - 22/09/2021, 12:49 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022.

Dalam laporan terbaru bertajuk Asian Development Outlook Supplement - September 2021, lembaga ini merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 4,8 persen tahun 2022. Angka ini menurun dibanding proyeksi ADB pada bulan April yang mencapai 5 persen.

"Untuk tahun 2022 mungkin perlambatan ini berlanjut sehingga proyeksi pertumbuhan 2022 di 4,8 persen. Tapi kami akan terus memantau dan menghasilkan analisis baru setiap tahunnya," kata Senior Country Economist ADB, Henry Ma dalam ADB Outlook Update secara virtual, Rabu (22/9/2021).

Baca juga: Kementan dan Kemendag Beda Pendapat soal Penyebab Kenaikan Harga Jagung

Turunnya proyeksi pertumbuhan sedikit banyak dipengaruhi oleh perlambatan pemulihan ekonomi di tahun 2021 akibat Covid-19 varian Delta. Padahal tahun ini, lembaga internasional sebelumnya sepakat menjadi tahun pemulihan ekonomi.

Lantaran ada perlambatan pemulihan ekonomi, ADB turut merevisi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 menjadi 3,5 persen dari proyeksi 4,1 persen di bulan Juli dan 4,5 persen di bulan April.

Henry menuturkan, masih ada potensi varian baru Covid-19 lainnya yang bermutasi sehingga pemulihan ekonomi dipenuhi ketidakpastian. Pemulihan ekonomi ini bahkan tidak merata (uneven recovery) di beberapa negara dunia.

"Sekarang ekonomi mengalami headwinds di tengah wabah yang baru," beber dia.

Pada tahun ini, ADB memproyeksi inflasi masih tetap terkendali dan diperkirakan mencapai 1,7 persen, lebih rendah daripada proyeksi 2,4 persen yang dirilis ADB pada bulan April lalu akibat melambatnya pemulihan ekonomi.

Baca juga: Harga Bitcoin Terus Merosot, Kini Sentuh Rp 590 Juta

Seiring kenaikan pertumbuhan tahun depan, inflasi juga akan merangkak naik mendekati tingkat pra-pandemi sebesar 3 persen, yang masih dalam rentang target Bank Indonesia 2 persen–3 persen.

Defisit transaksi berjalan diproyeksikan akan sebesar 0,5 persen dari PDB pada 2021 dan 0,9 persen pada 2022.

"Untuk kedua tahun itu (2021-2022) akan tetap rendah, tetap berdasarkan proyeksi BI (di kisaran 2-3 persen). Defisit transaksi berjalan di 0,9 persen," ucap Henry.

Adapun pada tahun 2021 ketika Delta menyebar, indikator-indikator ekonomi seperti penjualan ritel dan penjualan kendaraan yang mulai tumbuh di bulan Januari-Juni kembali melambat.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2021 bahkan hanya 77,3. Indikator ini merupakan yang paling rendah sejak Mei 2020 selama pandemi Covid-19. Akhirnya, ekonomi pada bulan Juli-Agustus terkontraksi dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2021.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen di kuartal II-2021 lebih rendah dari ekspektasi. Pertumbuhan ini memberikan basis pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun berikutnya.

"Penurunan tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi perekonomian negara lain di kawasan ini juga mengalami pengalaman yang sama. Ekonomi negara berkembang di kawasan Asia mengalami penurunan di Juli dan Agustus," pungkas Henry.

Baca juga: Agustus 2021, Uang Beredar di Indonesia Hampir Tembus Rp 7.200 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com