Oleh: Andreas Dymasius
MODEL bisnis yang efisien dan efektif, tentunya diperlukan untuk menghasilkan keuntungan dalam bisnis.
Model bisnis yang berjalan baik, oleh Joan Magretta (2002) diidentifikasi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar Peter Drucker, seorang konsultan manajemen, yakni: (1) Siapa yang akan menjadi pelanggan? (2) Apa yang pelanggan dapatkan dari produk ini? (3) Bagaimana menghasilkan uang dalam bisnis ini? (4) Bagaimana cara agar bisnis dapat memberikan nilai kepada pelanggan dengan biaya yang masuk akal?
Oleh sebab itu, Joan Magretta menambahkan bahwa menentukan model bisnis seperti menuliskan cerita baru, yakni cerita tentang bagaimana perusahaan akan beroperasi, termasuk aktivitas yang terlibat dalam membuat dan menjual produk atau layanan.
Selain itu juga berisi variasi dari rantai nilai (value chain) yang mendasari semua bisnis.
Secara garis besar, rantai nilai ini memiliki dua bagian. Pertama, mencakup segala aktivitas yang berhubungan dengan proses penciptaan: merancang, memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, produksi, dan lain-lain.
Kedua, melibatkan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penjualan: menentukan dan menjangkau pelanggan, melakukan transaksi penjualan, mendistribusikan produk, dan memberikan layanan purna jual.
Sebuah plot model bisnis baru dapat menjadi rancangan untuk produk baru yang diciptakan dari kebutuhan yang belum terpenuhi sebelumnya.
Baca juga: Startup Lokal, Evermos Raih Pendanaan Rp 426 Miliar dari Investor
Selain itu juga membangkitkan proses inovasi, yaitu memahami cara yang lebih baik untuk membuat, menjual, atau mendistribusikan produk atau layanan yang sudah ada sebelumnya.
Model bisnis seyogyanya bukan hanya mampu menjaga keberlangsungan bisnis, tapi juga menjadi solusi dan nilai tambah bagi permasalahan yang menjadi target pasar.
Perancangan model bisnis dapat dilakukan dengan menggunakan metrik sebagai alat untuk mengukur pertumbuhan unit bisnis.
Memiliki metrik yang terukur akan bermanfaat bagi perusahaan untuk memahami kondisi bisnis yang dijalankan dan menguatkan strategi bisnis.
Apabila tidak memerhatikan metrik sebagai pertumbuhan bisnis, maka perusahaan dapat kehilangan pelanggan mereka.
Maka dari itu, Anu Hariharan dalam Startup School yang digagas oleh Y Combinator (2019), menjelaskan mengenai jenis model bisnis yang harus dimiliki, dan metrik pengukuran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristiknya.
Baca juga: Dapat Guyuran Rp 2,1 Triliun, Startup Ini Jadi Unicorn Baru Indonesia
Model bisnis ini umumnya diberikan kepada perusahaan di mana penjual memberikan layanan jasa yang dirancang khusus untuk pembeli jasa.