Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Sektor Pariwisata Dipangkas untuk Penanganan Pandemi

Kompas.com - 27/09/2021, 13:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah tidak bermaksud mengurangi insentif atau anggaran untuk sektor pariwisata di kementerian/lembaga (K/L) terkait.

Bendahara Negara menyebut, anggaran hanya dialihkan untuk menangani kesehatan yang menyebabkan sektor pariwisata terpukul sangat dalam.

Dia meyakini, bila pandemi bisa ditangani dengan baik, sektor pariwisata akan kembali menggeliat.

Baca juga: Gairahkan Pariwisata, Pemerintah Masih Andalkan Wisatawan Domestik

"Tadi Pak Sandiaga menyampaikan anggaran harus dikurangi, tapi itu bukan karena saya ingin mengurangi anggaran untuk pariwisata, namun itu anggarannya digunakan untuk menangani yang menyebabkan sektor pariwisata terpukul sangat berat, yaitu pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Parekraf, Senin (27/9/2021).

Tercatat, pemerintah sudah empat kali melakukan refocusing anggaran kementerian/lembaga (K/L) untuk pandemi Covid-19.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan, salah satu refocusing terjadi saat varian delta menular di bulan Juni 2021.

Saat itu, anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk sektor kesehatan ditingkatkan menjadi sekitar Rp 220 triliun dari Rp 140 triliun.

Anggaran kesehatan ini menciptakan efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain termasuk pariwisata.

Baca juga: Targetkan Ekonomi Tumbuh 4,5 Persen, Pemerintah Gelontorkan Insentif Sektor Pariwisata

"Ini sebetulnya untuk apa? Ini sebenarnya untuk mendukung sektor pariwisata. Karena tidak mungkin masyarakat akan berwisata, melakukan kegiatan tourism, dan meningkatkan demand terhadap industri kreatif bila terancam Covid-19," ucap dia.

Sri Mulyani menjelaskan, anggaran Rp 220 triliun tersebut digunakan untuk pengadaan vaksinasi sebesar Rp 50 triliun. Pun digunakan untuk membayar perawatan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

"Semua mengunakan anggaran pemerintah untuk mendanainya, memang terpaksa mengurangi anggaran di K/L. Jadi apa yang disampaikan Pak Sandi itu betul, tapi itu bukan suatu intensi atau keinginan untuk melakukan (pengurangan anggaran pariwisata). Ini adalah prioritas," tutur dia.

Wanita yang akrab disapa Ani ini berujar, situasi yang dihadapi sektor pariwisata saat ini memang berbeda dengan situasi sebelumnya.

Jika fenomena bom bali maupun bencana alam hanya terjadi di Indonesia, pandemi terjadi di seluruh negara.

Baca juga: Sandiaga Uno Bicara soal Rencana Pembukaan Pariwisata Bali

Virus yang terus bermutasi ini membuat respon kebijakan pemerintah terutama APBN harus fleksibel dan responsif sehingga beberapa anggaran perlu digeser.

"Tanpa pandemi diatasi, tidak ada kegiatan bisa berjalan secara normal, apakah kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kegiatan lain. Jadi ini dalam teknikal ekonomi disebut necessary condition atau yang disebut perlu diatasi sebelum melaksanakan atau mengembalikan atau menormalisir kegiatan lain," kata Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com