Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Pembenahan Wajah Kereta Api Indonesia

Kompas.com - 28/09/2021, 21:16 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Ia meyakini, perubahan dari hal terkecil itu pada akhirnya akan dirasakan oleh perseroan. Targetnya, setiap minggu ada satu hal kecil yang mengalami perbaikan, maka setidaknya dalam 5 tahun menjabat ada 200 improvement dari wajah kereta api.

Pada 2012, kala itu Menteri BUMN sudah berganti ke Dahlan Iskan, sempat bertanya kepada Jonan, mengapa tidak melakukan perubahan terhadap Kereta Rel Listrik (KRL) yang pada saat itu menjadi gambaran buruk terhadap sistem perkeretaapian nasional.

Namun Jonan menjawab, bahwa dirinya membetulkan dari yang termudah dahulu yakni kereta api jarak jauh. Kemudian di tahun selanjutnya, ia baru mengerjakan KRL dengan membuat perubahan signifikan mulai dari penghapusan kelas ekonomi tanpa AC hingga penerapan sistem tapping ticket.

"Jadi saya harus melatih orang yang saya pimpin itu punya confidence, apa yang dia kerjakan itu berhasil. ada sucess story, kalau enggak putus asa. Kalau saya kasih yang paling sulit dulu hancur dia hatinya. Pemimpin itu, yang harus dibangun adalah membuat level of confidence di organisasi yang dipimpinnya," kata Jonan.

Saksi perubahan wajah kereta api di Indonesia

Perubahan pada wajah kereta api di Indonesia yang bermula dari toilet stasiun oleh Jonan, sangat dirasakakn oleh Sugeng Priyono. Pada 2009, Sugeng mendampingi Jonan sebagai Corporate Secretary alias Sekretaris Perusahaan KAI Pusat.

Ia menjadi saksi dari perubahan kereta api, sebab dirinya telah terlibat di perusahaan pelat merah itu cukup lama, sedari mengawali karir sebagai pegawai operasional yakni penjaga pintu perlintasan sebidang pada 1981.

Sugeng pernah pindah posisi jadi juru langsir alias tukang parkir kereta hingga menjadi wakil kepala stasiun, sebelum Jonan memimpin KAI. Ketika Jona masuk di 2009, awalnya ia menyangsikan kemampuan Jonan memimpin KAI sebab berlatar belakang bankir.

Namun, pembicaraan singkatnya bersama Jonan di Surabaya tentang pengalaman dan perasaan bekerja di KAI yang ingin adanya perubahan, membuat Sugeng ditarik ke Jakarta. Ia menjadi sekertaris perusahaan dan membantu merubah kondisi perkerataapian yang semrawut.

"Saya disuruh (Jonan) ngomong apa adanya, yang jujur ke masyarakat dan media. Pak Jonan bilang kalau ada apa-apa itu tanggung jawab dia nantinya. Ternyata memang leadership dia itu luar biasa," ungkap Sugeng.

Ia bercerita, perubahan benar saja dilakukan dari hal terkecil, seingetnya Jonan menuntut perubahan dari kebersihan toillet dan kualitas penerangan di stasiun. Menurutnya, banyak kejadian kepala stasiun dicopot karena tak bisa memenuhi perubahan kecil itu.

"'Toilet enggak boleh bau, kalau toiletnya bau kepala stasiunnya saya copot' (menirukan Jonan). Itu terjadi, ada kejadiannya dan nyata," kisah Sugeng.

Menurutnya, dalam menuntut perubahan Jonan sangat serius, namun hal itu diimbangi dengan arahan yang jelas. Sugeng bilang, untuk memahami standar toilet yang bersih dan penerangan yang baik, Jonan bergantian membawa rombongan kepala stasiun untuk berbincang di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Baca juga: Optimalkan Lahan Sekitar Stasiun, KAI Kembangkan Kawasan TOD

"Kepala stasiun kan diminta untuk toilet harus bersih dan stasiun harus terang, tapi mereka enggak ngerti standarnya. Jadi kepala stasiun dari daerah-daerah itu dibawa Pak Jonan bergantian ke Kempinski Jakarta," kata dia.

"Di sana cuma diajak ngopi-ngeteh, terus disuruh liat toilet sama kualitas penerangan di sana. Oh begini toh standar toilet bersih dan terang. Itu kan hal yang lucu," lanjut Sugeng sambil terkekeh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com