Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Pembenahan Wajah Kereta Api Indonesia

Kompas.com - 28/09/2021, 21:16 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI tepat pada 28 September 2021 memasuki usia ke-76 tahun. Seiring semakin menuanya perusahaan, tentu sudah banyak perubahan yang terjadi pada layanan kerata api di Indonesia.

Wajah lama kereta api yang memiliki banyak calo tiket, ramai dengan pedagang, hingga gerbong kereta yang penuh bahkan di atas atap gerbong, sudah tak nampak lagi. Kereta api kini memiliki wajah baru sebagai salah satu transportasi massal yang paling banyak digunakan.

Salah satu sosok yang menjadi kunci perubahan dari kereta api di Indonesia adalah Ignasius Jonan, yang menjabat sebagai Direktur Utama KAI sepanjang 2009 hingga 2014.

Baca juga: Memasuki Usia 76 Tahun, KAI Perkuat Transformasi Digital

Berbagai perubahan hasil peninggalan Jonan yang masih dirasakan hingga saat ini, diantaranya sterilisasi stasiun, penerapan pembelian tiket online, sistem boarding pass, peningkatan kebersihan, hingga penyediaan AC gerbong kereta di semua kelas penumpang.

Mengutip bincang-bincangnya bersama Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho, pria kelahiran Singapura 58 tahun yang lalu itu, menceritakan pengalamannya saat ditawarkan hingga awal menjabat sebagai Direktur Utama KAI.

Ditelpon Sofyan Djalil

Pada 2009, Jonan yang saat itu tengah bekerja di Citibank mendapat telepon dari Menteri BUMN kala itu, Sofyan Djalil yang bercerita tentang kosongnya kursi kepemimpinan di KAI. Ia pun awalnya ingin mencarikan sosok yang tepat untuk mengisi posisi tersebut.

"Saya bilang, gini deh kalau Kereta Api saya carikan orang ya pak. 'Enggak Anda sendiri' (jawab Sofyan). Bukan hanya kaget, jantung hampir berhenti," kata Jonan dikutip dari bincang-bincang bertajuk BEGINU di kanal youtube Kompas.com dikutip Selasa (28/9/2021).

Jonan mengaku kaget, sebab ia merupakan seorang bankir yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan terkait kereta api. Namun, pada akhirnya ia tetap menerima tawaran tersebut.

Minimnya pengalaman yang dimiliki tentang perkeretaapian, Jonan mengaku kesulitan pada awal masa kepemimpinannya. Ia bahkan sempat hampir menyerah setelah 3 bulan menjabat, meski akhirnya tetap bertahan hingga akhir masa jabatan.

"Pak Sofyan bilang, terus aja Pak Jonan, Nanti kalau gagal saya yang tanggung jawab," ucapnya.

Berangkat dari situ, Jonan pun terus fokus untuk mengubah wajah KAI dengan kerja keras. Pada 2009, KAI berhasil mencatatkan keuntungan sebesar Rp 154,8 miliar, setelah tahun sebelumnya rugi sebesar Rp 83,5 miliar.

Baca juga: PT KAI Gandeng PT INTI Implementasikan Sistem Kontrol Kereta Terpusat

Dia bercerita, memulai perubahan pada wajah kereta api di Indonesia dilakukan dari hal-hal termudah lebih dahulu, seperti kebersihan toilet di stasiun. Keputusan itu pun mendapat pertanyaan dari banyak pihak.

"Kita mulai dari bersihkan toilet di stasiun. Saya bilang kalau ngurus toilet di stasiun enggak bisa, saya yakin yang lain enggak bisa," ujar dia.

Ia bilang, untuk dapat menyukseskan program tersebut, dirinya bahkan memberikan ancaman kepada seluruh pejabat di KAI, mulai dari kepala stasiun, pimpinan direksi, hingga dirinya sendiri.

"Saya bilang gini, 'tiga bulan, kalau semua toilet di stasiun enggak bisa beres, saya tutup semua. Saya tutup toilet Anda semua. Termasuk (toilet) ruang kerja saya. Kita pakai tolet umum, enggak mau tahu saya.' Beres," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com