Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Evergrande, Bagaimana Dampaknya ke Industri Properti Indonesia?

Kompas.com - 28/09/2021, 21:45 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu ini dunia dihebohkan dengan krisis yang melilit Evergrande, perusahaan properti raksasa dari China yang memiliki utang fantastis hingga 300 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.277 triliun.

Risiko gagal bayar Evergrande dikhawatirkan mengguncang stabilitas keuangan China maupun global.

Di sektor properti, pemerintah China pun telah merumuskan kebijakan "three red lines (tiga garis merah)" untuk mengurangi risiko tingkat utang dari sektor ini.

Baca juga: 5 Hal Penting Soal Krisis Raksasa Properti China Evergrande

 

Di tengah kondisi krisis Evergrande dan kerawanan industri properti di China, lantas, bagaimana dampaknya terhadap industri properti di Indonesia?

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida meyakini, efek langsung terhadap industri properti di Indonesia tidak akan banyak.

Totok lebih mewaspadai efek domino dari krisis Evergrande terhadap ekonomi China, bahkan global, yang pada gilirannya bisa berdampak pada ekonomi Indonesia. Jika efek domino terjadi, sektor properti pasti akan turut tertampar.

"Kalau kita bicara pengaruh, pasti ada, tapi semoga tidak banyak dari efek dominonya. Kalau di China krisis ini tidak ditangani dengan tepat, ekonomi terdampak, pembelian barang-barang ekspor dari Indonesia akan berkurang, otomatis mempengaruhi ekonomi Indonesia," kata Totok saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (28/9/2021).

Namun, dia memperkirakan, efek domino dari Evergrande ini tidak akan sebesar seperti yang terjadi saat krisis Lehman Brothers pada tahun 2008.

Selain dari segi nilai utang yang berbeda, bisnis Evergrande yang dominan di sektor properti lebih memiliki aset yang bernilai. Berbeda dengan Lehman Brothers yang hanya bermodalkan surat utang.

Selain itu, penanganan krisis di Amerika Serikat (AS) dan China diprediksi tak akan sama. Berbeda dari paham ekonomi pasar bebas ala AS, Totok meyakini kebijakan sosialis dari China akan lebih melakukan proteksi. Menurutnya, kebijakan penyelamatan krisis dari pemerintah China akan menjadi penentu.

"Kalau dulu Lehman Brothers dampaknya besar karena yang dilakukan kan hanya "kertas", janji perputaran uang. Beda juga dengan pabrik, selama nggak produksi ya nol. Tapi kalau ini (Evergrande) kan properti, jadi ada aset, punya value yang hampir tidak mengalami penyusutan. Jadi domino effect yang timbul tidak akan sebesar Lehman Brothers. Sekarang gimana cara penanganan oleh pemerintah China," kata Totok.

Totok juga berpandangan, proyek-proyek properti yang sedang ikut digarap pengembang China, akan terus berlanjut. Berbeda dengan pasar properti di China, Totok menekankan bahwa pangsa pasar properti di Indonesia masih sangat besar.

Jika proyek properti terutama perumahan mangkrak, maka itu justru akan semakin membawa dampak negatif bagi likuiditas dan investasi perusahaan.

Baca juga: Raksasa Properti China Terlilit Utang Rp 4.000 Triliun, Kok Bisa?

 

"Tidak ke arah situ, jadi tetap jalan dong (proyek properti). Indonesia pasarnya masih besar, kalau ditinggalkan dalam kondisi masih membangun, likuiditas dan investasi mereka jadi jelek," kata Totok.

Pasar Properti Indonesia Bersifat Lokal

Senada dengan itu, CEO dan founder Indonesia Property Watch Ali Tranghanda juga meyakini, secara umum krisis Evergrande dan industri properti di China tidak akan berpengaruh besar terhadap pasar properti Indonesia yang masih bersifat lokal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com