Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Investor Asing, Bahlil Tawarkan Kemudahan Perizinan dan Biaya Murah

Kompas.com - 29/09/2021, 17:02 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak para dunia usaha untuk berinvestasi di Indonesia.

Ia memastikan, pemerintah akan membantu permudah urusan investasi bagi para investor.

Termasuk dengan pemberian insentif. Bahlil juga menawarkan biaya lebih murah apabila para investor asing tertarik untuk berinvestasi.

Baca juga: Forge Ventures Asia Umumkan Dana Investasi Rp 310 Miliar

Asalkan para investor asing mau membawa teknologi dan sebagian pasarannya ke Indonesia.

"Dengan kata lain silakan teman-teman dunia usaha datang ke Indonesia dengan membawa teknologi, membawa kapital dan sebagian pasar. Biarlah pemerintah Indonesia yang mengurus perizinannya, insentif, dan lahannya," kata Bahlil dalam webinar virtual Indonesia Investment-Singapura, Rabu (29/9/2021).

Kepada para investor Singapura, ia mengatakan bahwa Indonesia telah masuk fase baru di mana pemerintah telah melakukan reformasi undang-undang yang tumpang tindih menjadi satu, tergabung pada Undang-undang Cipta Kerja.

Kemudian, mengurus perizinan pun mudah, hanya melalui online single submission (OSS).

Seluruh perizinan di kementerian/lembaga semua sudah terpusat di Kementerian Investasi lewat OSS.

Baca juga: Bappenas: 75 Persen Investor Tertarik pada Investasi Industri Hijau

Tidak hanya persoalan perizinan tapi juga termasuk insentif fiskal.

Bahlil mengatakan, di hampir semua negara, termasuk Indonesia, investor yang masuk membutuhkan empat hal, yaitu kemudahan, kepastian, efisiensi, dan transparansi.

"Kami hadir untuk melakukan respon terhadap aturan dalam rangka menjawab apa yang diinginkan oleh para pelaku usaha," ujar Bahlil.

Dia menambahkan, Indonesia kini mulai berupaya mengembangan energi ramah lingkungan atau green energy. Salah satu fokusnya adalah kebijakan investasi khususnya menyangkut dengan kendaraan listrik.

"Sebab kita tahu, bahan baku dari baterai mobil sebagian besar ada di Indonesia, kobalt dan mangan setelah lithiumnya. Secara kebetulan, Indonesia mempunyai cadangan nikel dunia sebesar 20 persen sampai 24 persen dan ini semuanya ada di Indonesia," ucap dia.

Baca juga: Simak Strategi Cuan Investasi di Penghujung Tahun 2021

Dengan membangun pabrik baterai di Indonesia, sambung Bahlil, maka akan memberi nilai tambah bagi para investor asing serta efisiensi biaya produksi.

Terlebih kini, RI sedang meningkatkan pembangunan energi listrik yang ada di Papua dan Kalimantan.

Jika industri baterainya dibangun di Indonesia, ia meyakini hal ini memberikan nilai tambah dan biaya produksinya lebih efisien.

"Terkait dengan energi kita di Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang sangat luar biasa mempunyai 12.000 megawatt yang ada di Kayang, Kalimantan Utara, mempunyai 23.000 MW untuk PLTA di Papua," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com