Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Negara Maju Gemar Punya Utang Banyak?

Kompas.com - 01/10/2021, 07:02 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Utang pemerintah seringkali jadi isu sensitif di banyak negara, terutama negara-negara berkembang. Namun tak demikian halnya di banyak negara maju.

Sebagian besar pemerintah negara maju menerbitkan surat utang dalam jumlah besar, bahkan jor-joran. Secara global, negara-negara pemilik utang terbesar di dunia juga didominasi oleh para negara maju.

Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebagai negara dengan utang tertinggi dunia. Negara adi daya ini diketahui memiliki utang sebesar 28,4 triliun dollar AS atau jika dirupiahkan mencapai Rp 404.000 triliun (kurs Rp 14.250).

Beberapa negara maju lain di peringkat teratas dengan jumlah utang terbesar dunia seperti Inggris, Jerman, Perancis, dan Belanda.

Baca juga: Membandingkan Utang Pemerintah era SBY dan Jokowi, Siapa Paling Besar?

Mengapa demikian?

Dikutip dari Investopedia, utang pemerintah adalah utang yang timbul dari sebuah janji pemerintah untuk membayar di kemudian hari. Janji pembayaran pokok utang plus bunganya itu direalisasikan dalam bentuk penerbitan surat utang.

Utang pemerintah diperlukan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi. Ini mirip dengan perusahaan yang berutang demi membiayai proyek atau bisnis baru untuk mengejar keuntungan lebih banyak.

Pembayaran surat utang ini dijamin sepenuhnya oleh negara, sehingga hampir tak ada risiko gagal bayar, kecuali negara bersangkutan mengalami kebangkrutan.

Keuntungan negara maju

Nah yang terjadi dalam perekonomian global, negara-negara maju diuntungkan dengan banyak faktor yang beberapa di antaranya tidak dimiliki oleh negara berkembang.

Baca juga: Sejak Jadi Presiden, Jokowi Sudah Tambah Utang Baru Rp 4.016 Triliun

Keuntungan atau juga bisa disebut keistimewaan inilah yang membuat beberapa negara maju gemar berutang banyak, jauh lebih besar daripada negara berkembang.

Apa saja keuntungan negara maju dalam berutang?

1. Peringkat utang

Peringkat utang ini sangat berkaitan dengan reputasi dan kondisi perekonomian negara. Negara-negara maju, lazimnya memiliki peringkat utang yang jauh lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang.

Sebelum membeli surat utang negara, investor bakal menentukan risiko investasinya. Utang beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, umumnya dianggap bebas risiko, sedangkan utang negara berkembang membawa risiko lebih besar.

Investor juga harus mempertimbangkan stabilitas politik pemerintah suatu negara, termasuk kemungkinan terburuk yakni negara gagal bayar.

Baca juga: Bengkak Lagi, Utang Pemerintah Jokowi Naik Jadi Rp 6.625 Triliun

Dengan predikat negara maju, peringkat utang mereka biasanya berada pada level aman yakni AAA hingga AA.

Dengan peringkat utang yang lebih berkulitas dibandingkan negara berkembang pula, menyebabkan mereka bisa menerbitkan surat utang dengan bunga lebih rendah. Dengan begitu, beban bunga yang mereka tanggung tentu lebih ringan.

2. Mata uang

Investor lebih memilih investasi dalam mata uang yang mereka kenal dan percayai, seperti dolar AS dan pound sterling. Inilah sebabnya mengapa pemerintah negara-negara maju dapat sesuka hati menerbitkan obligasi dalam mata uang mereka sendiri.

Keuntungan ini tentu tak didapatkan negara-negara berkembang dalam berutang. Pemerintah negara berkembang bisa saja menerbitkan surat utang dalam dalam mata uangnya sendiri, namun hanya akan menggaet investor domestik.

Untuk menarik banyak utang dari investor luar, pemerintah negara berkembang harus berutang dengan mata uang kuat seperti dollar AS.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Amerika Serikat adalah negara yang benar-benar memanfaatkan keuntungan ini. Mereka bisa mencetak dollar hingga menarik peredaran dollar di seluruh dunia melalui instrumen penerbitan surat utang, tanpa perlu khawatir mata uang dollar-nya akan terjerembab.

Sebaliknya, mata uang negara berkembang cenderung memiliki rekam jejak buruk dan mungkin tidak stabil, yang berarti akan ada jauh lebih sedikit permintaan untuk utang dalam mata uang mereka.

3. Tingkat bunga

Sebagaimana peringkat utang mempengaruhi bunga, reputasi negara juga berpengaruh pada bunga surat utang.

Negara-negara berkembang diakui sangat dirugikan dalam hal meminjam dana. Dengan jumlah pinjaman yang sama dengan negara maju, mereka harus membayar bunga lebih mahal.

Menyandang reputasi sebagai negara berkembang, mereka harus membayar suku bunga yang lebih tinggi. Konsekuensinya, mereka juga harus menerbitkan utang dalam mata uang asing yang lebih kuat untuk mengimbangi risiko agar investor mau membeli surat utangnya.

Baca juga: Daftar 7 BUMN Terbesar di Indonesia dari Sisi Aset, Siapa Juaranya?

4. Rasio pajak dan PDB tinggi

Negara maju bisa berutang banyak karena mereka didukung dengan penerimaan pajak yang tinggi. Selain itu, PDB yang besar juga memiliki dampak positif pada risiko meminjam.

Di negara maju, rasio pajak sangat tinggi, sehingga secara tidak langsung penerimaan pajak bisa dijadikan "agunan" bagi para investor.

Hal sebaliknya, bagi negara berkembang, rasio penerimaan pajak seringkali masih rendah. Sehingga terkadang dalam skenario terburuk, karena pemasukan pajak yang rendah, pembayaran utang negara berkembang dilakukan dengan menerbitkan utang baru alias gali lubang dengan tutup lubang.

Dalam utang pemerintah atau utang negara, gagal bayar utang (default) bisa lebih rumit daripada gagal bayar utang perusahaan.

Baca juga: Perjalanan Lonjakan Utang Pemerintah di 2 Periode Jokowi

Ini karena aset negara tidak bisa disita untuk membayar kembali dana. Sehingga saat negara berkembang tak bisa membayar utang, mereka akan melakukan negosiasi ulang yang seringkali merugikan investor.

Hal yang sama juga berlaku untuk PDB. Semakin besar PDB suatu negara, semakin besar pula kesanggupan negara melunasi utangnya. 

5. Korupsi

Negara-negara maju umumnya memiliki tingkat korupsi yang lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang. Kembali pada poin pertama, utang dipergunakan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Penggunaan utang pada negara maju bisa tampak lebih terlihat dengan efektifitas tinggi. Sementara utang di negara berkembang, seringkali penggunaan utang tidak sepenuhnya berhasil karena angka korupsi yang tinggi sehingga menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi pula.

Negara-negara maju tidak menganggap korupsi adalah masalah yang besar. Sehingga mereka berani berutang banyak, karena riwayat penggunaan dana dari utang di masa lalu yang dianggap berhasil.

Namun dengan banyak keuntungan di atas, bukan berarti negara-negara maju juga tidak berisiko dalam berutang. Utang pemerintah bisa berdampak buruk apabila pengelolaannya dilakukan dengan buruk. 

Baca juga: Mengenal SBN, Sumber Utang Pemerintah Paling Besar Saat Ini

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com