Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Seaplane untuk Wisata Indonesia

Kompas.com - 01/10/2021, 12:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SALAH satu jalan keluar yang sedang dan hendak ditempuh dalam proses menanggulangi pandemi Covid-19 adalah menggerakkan roda pariwisata domestik. Di antara obyek wisata yang terlihat memiliki potensi cukup besar dan relatif mudah adalah mengembangkan wisata air.

Indonesia memiliki banyak lokasi unggulan wisata air antara lain di pulau Bali, Lombok, Wakatobi, Danau Toba, Raja Ampat, Derawan, Labuan Bajo dan lain lain.

Bagaimana caranya mengembangkan wisata air untuk menjadi lebih menarik dan lebih atraktif kiranya perlu dicarikan jalan keluarnya. Salah satu yang tengah ditempuh belakangan ini adalah dengan mencoba meningkatkan lagi penggunaan Amphibious Aircraft atau Seaplane.

Sayangnya regulasi yang memadai khususnya untuk pengoperasian Seaplane di Indonesia masih belum ada. Kemenhub konon tengah berusaha merancang regulasi tersebut agar pengembangan wisata air di tanah air dapat menjadi salah satu sektor unggulan pariwisata Indonesia.

Baca juga: Pemerintah Perkuat Keselamatan Pelayaran di Kawasan Wisata Bahari

Seaplane sebenarnya sudah cukup banyak digunakan di Nusantara pada tahun 1940-an sampai dengan tahun 1950-an. Sayangnya sekarang ini penggunaan Seaplane , walau masih ada jumlah nya sangat terbatas. Dipastikan penggunaan Seaplane di Indonesia sebagai sebuah negara luas dan berbentuk kepulauan akan sangat bermanfaat.

Pemerintah Hindia Belanda sampai dengan tahun 1949 masih secara intensif menggunakan pesawat Seaplane untuk penerbangan antar pulau yang diselenggarakan oleh KLM Interinsulair Bedrijf. Kurang jelas apa sebenarnya yang menjadi penyebab, sejak tahun 1970-an secara pelahan dan pasti pengoperasian Pesawat Amphibi di Indonesia berkurang dan bahkan sudah nyaris tidak terdengar lagi.

Pusat Studi Air Power Indonesia pada pertemuan bulanan minggu lalu dengan format webinar telah coba mengangkat masalah ini untuk memperoleh informasi lebih jauh. Salah satu nara sumber adalah seorang pilot Seaplane berkebangsaan Perancis yang berpengalaman menerbangkan Seaplane.

Sang Pilot selama bertahun tahun menerbangkan Seaplane untuk pelayanan turis di Australia khusus nya di Kawasan Pelabuhan Alam Sydney Harbour yang terkenal itu. Banyak hal yang diceritakan dari pengalamannya, bahwa ternyata pengoperasian Seaplane bagi pelayanan turis adalah sangat bermanfaat.

Operasional Seaplane di Australia khususnya di Sydney dikelola dengan sangat sederhana dan memudahkan. Itu sebabnya maka wisata air di Australia menjadi sangat maju. Tingkat kecelakaan pesawat Seaplane sangat rendah dan minat para turis untuk menggunakan Seaplane selalu meningkat setiap tahunnya.

Salah satu komentar sang pilot tentang bagaimana apabila Seaplane untuk turis di operasikan di Indonesia, dia amat optimis akan sangat meningkatkan minat turis datang ke Indonesia. Dikatakannya bahwa Indonesia memiliki banyak lokasi wisata air yang sangat menarik. Wisata air di Indonesia dengan memanfaatkan Seaplane akan jauh lebih menarik dibanding dengan Australia.

Dalam webinar tersebut juga terungkap bahwa pengorganisasian dalam mengelola Seaplane di Australia dikelola dengan sangat praktis dan dengan cara yang memudahkan. Atas dukungan pemerintah Australia, misalnya maka kolom udara di Kawasan Sydney Harbour dalam batas tertentu, sampai ketinggian 1000 – 1500 kaki didelegasikan secara penuh untuk pariwisata.

Dalam hal ini tentu saja pengaturan penerbangan Seaplane tetap diberlakukan standar keselamatan penerbangan Internasional dengan pembatasan jumlah pesawat yang beroperasi.

Baca juga: Gubernur BI: Wisata Bahari Harus Kelas Premium

Dari catatan pengalaman penerbangan Seaplane di Kawasan wisata Australia tercatat sangat sedikit terjadinya kecelakaan. Pada intinya adalah pengelolaan dalam kerjasama biro pariwisata dan pihak pengelola penerbangan lokal harus berada ditangan mereka yang kompeten dan profesional.

Pada pengembangan penggunaan Seaplane di lokasi wisata air di Indonesia, kerja sama dari instansi terkait pasti dibutuhkan. Setidaknya otoritas penerbangan nasional, dalam hal ini Kementrian perhubungan dan dinas pariwisata daerah serta instansi terkait lainnya perlu mempersiapkan diri.

Kita memiliki cukup banyak lokasi wisata air yang pasti akan menjadi lebih menarik dengan di operasikannya Seaplane disitu. Untuk beberapa daerah tertentu yang lokasinya berdekatan seperti Bali, Lombok dan Labuan Bajo, maka selain penerbangan lokal, akan berkembang pula penerbangan point to point antar lokasi menggunakan Seaplane.

Tantangannya adalah terutama pada aspek koordinasi antar instansi di pusat dan daerah yang akan menentukan keberhasilan pengembangan wisata air menggunakan Seaplane. Semoga Sukses !

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com