Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Bijak Sikapi Unggahan Rekomendasi Saham di Sosial Media

Kompas.com - 02/10/2021, 17:30 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini, membeli saham adalah sebuah hal yang dianggap sangat menguntungkan.

Padahal, tidak selalu demikian adanya karena selalu ada fluktuasi harga dan sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham tersebut.

Wartawan Kompas, sekaligus Penulis buku Dunia Saham Tak Seindah di Media Sosial Joice Tauris Santi mengatakan, digitalisasi dan paparan di media sosial cukup kuat mempengaruhi banyak orang untuk berinvestasi.

Baca juga: Terancam Bangkrut, Evergrande Akan Jual Rp 21,4 Triliun Saham

 

Walau demikian, kesuksesan di pasar modal tentunya ada proses yang tidak instan.

Hal inilah yang kemudian memicu sejumlah investor yang didominasi oleh kaum muda, terpengaruh untuk melakukan investasi saham.

Namun, Joice menilai kaum muda tersebut, banyak yang ikut-ikutan alias fear of missing out (FOMO).

“Saya perhatikan investor pemula 80 persen Cuma FOMO, jadi dia belum tau seluk beluknya bagaimana, dan ketika orang posting tentang keuntungan, dia langsung ikut,” kata Joice secara virtual, Sabtu (2/10/2021).

Joice menilai aksi FOMO tidak hanya berlaku pada pasar modal saja, tetapj juga pada asset kripto yang saat ini sedang hits di kalangan anak muda.

Baca juga: Anak Usaha WIKA Kuasai 100 Persen Saham Produsen Motor Listrik Gesits

 

Dia bilang, banyak investor yang masuk ke asset kripto, selain karena potensi keuntungan, pemerintah juga berencana membuat bursa kripto dibawah naungan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Menurut dia, berinvetasi butuh perencanaan keuangan yang benar-benar matang, sebab dalam membeli saham tidak pernah ada jaminan bahwa keuntungan bisa diperoleh dalam waktu singkat.

Selain itu, butuh cash flow yang positif, agar tidak lebih besar pasak daripada tiang.

“Invetasi itu adalah perencanaan keuangan, enggak mungkin kita beli saham hari ini, besok langsung naik harganya. Selain itu, pekerjaan tambahan ketika membeli saham yaitu harus belajar, yang saya lihat anak-anak muda pada lupa karena tergiur keuntungan,” ujar Joice.

Perencana keuangan independen, founder OneShildt, CEO PT Cerdas Keuangan Mohammad Andoko mengungkapkan, ketika melakukan investasi saham di pasar modal, investor harus memahami risikonya, yaitu potensi penurunan harga.

Baca juga: Pengertian Buyback Saham dan Dampaknya Bagi Investor

Adapun beberapa hal yang diinginkan oleh investor ketika akan melakukan investasi saham adalah capital gain dan regular income.

Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari harga jual beli, sementara regular income merupakan keuntungan yang diperloleh melalui pembagian dividen.

Namun, perlu diingat dalam membeli saham juga tidak hanya sekedar menelan mentah-mentah rekomendasi saham, tetapi juga perlu melakukan analisa, misalnya analisa laporan keuangan dalam 5 tahun terakhir.

“Jadi perlu dilihat apakah perusahaan tersebut memiliki performa laporan keuangan yang bagus atau tidak. Laporan keuangan merupakan ukuran menajemen perusahaan dalam meningkatkan perusahaannya,” jelas Andoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com