Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Negara Dunia Ramai-ramai Bantah Tuduhan Pandora Papers

Kompas.com - 05/10/2021, 12:50 WIB
Mutia Fauzia

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa nama elite dunia yang namanya disebut dalam Pandora Papers telah membantah berbagai tuduhan yang terdapat pada laporan bocoran dokumen yang bersumber dari 14 perusahaan keuangan offshore tersebut.

Skandal itu membocorkan beragam upaya para elite dunia termasuk di dalamnya politisi, pemimpin negara, hingga orang terkaya di dunia yang berupaya untuk menghindari kewajiban membayar pajak dengan menyembunyikan harta kekayaan mereka lewat perusahaan cangkang.

Secara keseluruhan hingga saat ini, terdapat 35 nama mantan pemimpin negara dan pemimpin negara yang namanya disebut di Pandora Papers.

Baca juga: Nama Luhut Terseret Pandora Papers, Ini Penjelasan Jubir Menko Marves

Dilansir dari The Independent, Selasa (5/10/2021) beberapa pemimpin dunia yang disebut dalam skandal penggelapan harta dan pajak tersebut pun membantah berbagai tuduhan pada Pandora Papers.

Juru bicara Rusia Dmitry Peskov pun justru mempertanyakan akurasi dari informasi yang diberikan Pandora Papers terkait dengan bocoran mengenai beberapa orang dekat putin yang melakukan penggelapan harta kekayaan.

"Hingga saat ini masih jelas apa sebenarnya informasi ini dan apa isi dari informasi tersebut," ujar Peskov kepada reporter.

"Kami tidak melihat adanya kekayaan tersembunyi dari relasi Putin dalam daftar tersebut," jelas dia.

Sementara itu, Raja Abdullah II mengatakan, tuduhan dirinya menggunakan rekening offshore untuk menyembunyikan properti kerajahaan senilai 70 juta pound sterling (Rp 1,35 triliun) adalah upaya yang dilakukan untuk menghancurkan reputasi Yordania.

"Setiap tuduhan yang menghubungkan properti pribadi dengan dana atau bantuan publik adalah tidak berdasar dan disengaja untuk mengubah fakta," tulis pernyataan dari Royal Hashemite Court.

Sementara itu, Perdana Menteri Republik Ceko Andrej Babis menuding laporan itu muncul untuk mengganggu upayanya terpilih kembali pada pemilihan pada pekan ini.

Di Pandora Papers, Babis disebut tidak melaporkan dua perusahaan offshore untuk membeli dua vila seharga 12 juta pound sterling (Rp 232,5 miliar) di selatan Perancis.

"Saya tak melakukan hal ilegal atau salah, (Pandora Papers) adalah upaya untuk memengaruhi pemilihan umum Ceko," ujar Babis melalui akun Twitternya.

Baca juga: [POPULER MONEY] Bank Mandiri Luncurkan Kopra| Beda Pandora Papers dengan Panama dan Paradise Papers

Untuk diketahui, Pandora Papers mengungkap kebocoran data mengenai skandal penggelapan harta kekayaan dan penggelapan pajak orang-orang terkaya dan penguasa dunia.

Pandora Papers disebut sebagai tsunami data yang mengungkap 11,9 juta rekam data dari 14 perusahaan keuangan offshore yang berbeda.

Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ) sebagai pihak yang memperoleh data tersebut menerbitkan bocoran data pada Pandora Papers yang mengungkap rekam jejak elite dunia yang memanfaatkan wilayah atau negara surga pajak (tax havens) untuk membeli properti dan menyembunyikan aset mereka.

Dengan demikian, para elite global tersebut bisa terhindar dari kewajiban membayar pajak di negara asal mereka.

Setidaknya hingga saat ini, 11,9 juta data tersebut menyebut 330 nama politisi, 130 miliarder yang ada di daftar Forbes, selebriti, pelaku tindak kejahatan penipuan, hingga gembong narkoba dan keluarga kerajaan dan pemuka agama. 

Baca juga: Daftar 35 Pemimpin Negara yang Disebut di Pandora Papers

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com