Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Melihat Masa Depan Dunia Penerbangan

Kompas.com - 06/10/2021, 10:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENJELANG akhir tahun 2021 ini yang hanya tinggal beberapa bulan saja lagi, tetap sulit untuk meramalkan tentang bagaimana bentuk dunia penerbangan di tahun 2022 dan tahun tahun selanjutnya.

Sekadar pengantar untuk memahami masalah penerbangan ini, salah satu suvei menyebutkan bahwa pendapatan dunia penerbangan di tahun 2020 “hanya” 328 miliar dollar AS. Jumlah ini merupakan 40 persen dari pendapatan di tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19.

Angka 328 miliar dollar AS adalah juga lebih kurang sama dengan besaran keuntungan yang diperoleh dunia penerbangan pada tahun 2000. Artinya adalah pada tahun 2020 keuntungan dari dunia penerbangan ternyata sama dengan keuntungan yang diperoleh pada kurun 20 tahun yang lalu.

Bila ada pertanyaan kapan dunia penerbangan pulih dan bergerak cepat meningkat kembali, maka sekali lagi akan sulit untuk dapat memprediksinya. Banyak sekali faktor yang sangat mempengaruhi dinamika dunia penerbangan sekarang ini.

Menurunnya laju kenaikan penumpang kali ini tidak atau bukan sekedar masalah ekonomi semata, karena pandemi Covid-19 berdampak banyak pada sektor lainnya. Sederhana saja bisa dilihat dari berubah drastisnya prosedur keberangkatan dan kedatangan penumpang di berbagai kota asal dan kota tujuan.

Belum lagi berubahnya gaya hidup sebagai akibat pandemic Covid-19 yang memaksa banyak orang untuk tinggal di rumah.

Baca juga: PPKM Berlanjut, Simak Syarat Penerbangan Domestik dan Internasional di Jawa-Bali

Standar Protokol Kesehatan yang sangat menghambat minat orang bepergian menggunakan pesawat terbang tidak akan selesai dalam 2 atau 3 tahun.

Melihat perkembangan varian corona yang hampir setiap hari menghiasai berbagai media menunjukkan bahwa dunia tidak mudah untuk dapat keluar dari kesulitan pandemic kali ini. Beruntung di beberapa negara dengan strategi masing masing serta diiringi dengan kampanye vaksiniasi yang massif sudah dapat terlihat hasil yang menggembirakan.

Akan tetapi pada sisi lain, mekanisme kerja yang sudah terlanjur berubah karena pandemi Covid-19 pasti akan banyak berpengaruh juga dengan animo orang bepergian dengan pesawat terbang.

Dalam hal ini di tengah situasi bisnis yang sudah terlanjur sangat terganggu, maka kebanyakan orang akan mempertahankan pola bisnis yang meminimalkan pergerakan orang dalam bepergian.

Persoalannya tidak lagi mengenai urusan finansial yang menghadapi masa sulit akan tetapi juga berhadapan dengan efisiensi dalam berkomunikasi yang tidak lagi memerlukan orang untuk bepergian.

Gaya hidup dari sekian banyak orang di dunia kelihatannya akan sangat berubah. Kelompok orang yang bepergian diperkirakan tidak akan banyak lagi yang berasal dari mereka yang melakukan bisnis.

Kelompok orang yang bepergian akan banyak bergeser pada mereka yang tujuannya “jalan jalan” alias menjadi turis. Pola ini akan memperilhatkan gambaran baru dari orang orang yang bepergian adalah mereka yang berasal dari kelompok yang santai alias tidak terburu-buru.

Studi dari McKinsey & Company menunjukkan secara jelas bahwa kedepan kelompok orang yang bepergian akan didominasi oleh mereka yang bukan melakukan kegiatan bisnis. Hal ini tidak hanya menunjukkan kelesuan secara finansial akan tetapi juga bisnis sudah menemukan bentuk baru yang lebih efisien dalam berinteraksi tanpa melakukan travelling.

Mengikuti pengamatan banyak analis dunia penerbangan belakangan ini, maka maskapai penerbangan berbiaya murah akan menjadi lebih cerah hari depannya dibanding dengan penerbangan lainnya. Tentu saja dalam hal ini penerbangan kargo akan lebih banyak berkembang dari pada sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com