Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pandemi, Bos Cigna: Masyarakat Mau Keluarkan Dana Lebih untuk Asuransi

Kompas.com - 06/10/2021, 13:08 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan asuransi Cigna mencatat, jumlah nasabah asuransi terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan selama pandemi Covid-19.

Kenaikan tersebut terefleksikan dari hasil survei Skor Kesejahteraan 360° yang dilakukan Cigna secara global terhadap 18.000 responden di 21 negara pada kuartal kedua 2021.

President Director & CEO Cigna Indonesia Phil Reynolds mengatakan, temuan tersebut selaras dengan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat bahwa dalam dua tahun terakhir terjadi pertumbuhan densitas atau premi terhadap jumlah penduduk per tahun.

Baca juga: Survei Cigna: Akibat Pandemi Covid-19, Indeks Persepsi Kesejahteraan Indonesia Terus Menurun

Tercatat pada tahun 2019 densitas sebesar Rp 1,67 juta, pada 2020 naik menjadi Rp 1,74 juta, dan meningkat tipis pada Juni 2021 menjadi Rp 1,78 juta.

"Artinya, masyarakat mengeluarkan dana lebih untuk membeli asuransi dan membayar premi. Hal itu juga didukung angka pertumbuhan klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi," kata Phil, dalam keterangannya, Rabu (6/10/2021).

OJK juga mencatat, nilai klaim asuransi meningkat 3,97 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada masa pandemi, yakni dari Rp 47,6 triliun pada April 2020, menjadi Rp 49,49 triliun pada periode yang sama 2021.

Dengan temuan-temuan tersebut, Cigna bisa melakukan inovasi dan menciptakan pertumbuhan jumlah nasabah.

Tercatat nasabah yang dilayani Cigna di pertengahan tahun 2019 lalu masih sekitar 1 juta, kini pada tahun 2021 jumlah yang dilayani naik menjadi 1,2 juta lebih nasabah.

“Ini salah satu bentuk kepedulian Cigna terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Phil.

Pada pertengahan tahun 2019, nasabah yang dilayani Cigna masih sekitar 1 juta. Tahun ini jumlah yang dilayani naik menjadi 1,2 juta lebih nasabah.

Menurut dia, hasil survei Cigna ini sejalan dengan data Kementerian Kesehatan yang menyebutkan, nilai transaksi sektor kesehatan di Indonesia setahun terakhir dari individu, instansi pemerintah, dan korporat sangat besar, tercatat mencapai Rp 490 triliun.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan stres di masyarakat. Faktor-faktor penyebab stres yang paling utama antara lain, adanya ketidakpastian di tengah pandemi dan kekhawatiran akan kondisi keuangan pribadi dan keluarga.

Hasil survei itu mengonfirmasi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebutkan, stabilitas sistem keuangan selama pandemi ini telah terganggu. Selain itu, tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis global juga turun tajam melebihi krisis keuangan global 2008.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan, pada periode Januari–Maret 2020, arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 145,28 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan masa krisis keuangan global tahun 2008 yang hanya sebesar Rp 69,9 triliun.

Pandemi juga menghantam dunia usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) mengungkapkan, dari Juli 2020 hingga September 2021 tercatat sudah 30 juta UMKM bangkrut.

Data dari survei Bank Indonesia pada Maret 2021 yang menyebutkan, 87,5 persen UMKM terdampak pandemi dan 93,3 persen pelaku usaha sektor tersebut merasakan dampak penurunan omzet penjualan.

Baca juga: Unit Link Masih Lebih Diminati ketimbang Produk Asuransi Tradisional

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com