Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu-ibu, Pahami Dulu Literasi Digital Sebelum Akses Pinjaman Online

Kompas.com - 09/10/2021, 17:16 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Perempuan Indonesia menyatakan, perlu ada penguatan ekonomi dan pemahaman digital bagi perempuan, baik pelaku usaha maupun ibu rumah tangga.

Penguatan ekonomi bagi perempuan ini dirasa perlu, utamanya ketika pinjaman online (pinjol) baik yang legal maupun yang ilegal semakin marak di Industri keuangan.

Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia, Mike Verawati mengatakan, pinjol memang memberi peluang dan kemudahan, khususnya bagi perempuan. Namun, pinjaman online ini dinilai belum menemukan skema yang tepat guna membantu masyarakat terutama perempuan.

Baca juga: AFPI: Karena Pinjol Ilegal, Industri Fintech Tercoreng

"Kalau kita lihat pola-pola pinjol itu selalu menawarkan barang-barang rumah tangga, atau hadiah tertentu voucher yang sebenarnya itu tidak ada urusannya bagaimana penguatan ekonomi perempuan. Ini yang harus dilihat sama OJK dalam hal ini. Terutama menyasar pada pinjol-pinjol ilegal, “ujar Mike dalam siaran pers, Sabtu (9/10/2021).

Mike menilai, perempuan sebagai salah satu pemimpin juga kerap tidak membaca syarat pinjaman yang berujung kepada permasalahan. Alih-alih membantu perekonomian, masalah ini justru membawa perempuan masuk ke persoalan konsumerisme.

Maka itu dia menilai, masyarakat termasuk perempuan harus jauh lebih waspada terhadap informasi atau tahapan yang ditawarkan pinjaman online.

"Penguatan ekonomi perempuan dan pemahaman digital harus dilakukan secara menyeluruh hingga ke pedesaan," ujar dia.

Divisi kebebasan berekspresi Safenet Nenden Sekarang Arum menambahkan, tidak adanya pemahaman dan literasi digital membuat perempuan lebih rentan mengalami kekerasan online.

Berdasarkan data Safenet, kekerasan online terhadap perempuan trennya terus meningkat. Pada 2020, ada sekitar 620 kasus aduan yang masuk ke Safenet. Angka ini meningkatkan 10 kali lipat dibandingkan tahun 2019.

Baca juga: Ditagih Pinjol Padahal Tidak Meminjam, OJK: Hapus, Blokir, Abaikan

Peningkatan kasus juga terlihat di Komnas Perempuan dengan kasus aduan mencapai 4 kali lipat.

"Apalagi tahun 2020 hingga sekarang ketergantungan kita terhadap teknologi dan internet semakin meningkat. Jadi kita seolah-olah tidak bisa hidup tanpa internet. Sekolah, kerja semua menggunakan internet. Faktor tersebut karena exposure kita terhadap internet itu juga meningkat risiko kekerasan berbasis gender di online,” ujar Nenden.

Nenden meminta masyarakat memahami ada risiko dari penyebaran data diri di ranah digital. Pun pemerintah harus memudahkan akses pendanaan dan permodalan untuk para pelaku usaha dan ibu rumah tangga.

"Yang fana adalah waktu, jejak digital abadi. Artinya jejak digital seseorang akan sulit dihapus," pungkas Nenden.

Baca juga: OJK Tutup 425 Penyelenggara Investasi dan 1.500 Fintech P2P Lending Ilegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com